buat saya, selama mereka, the so called 'alay' ini nggak mengganggu dan nggak menyandu; kenapa juga dipermasalahin? Semua orang punya sisi norak, dan pasti pernah norak.
Saya jadi inget Malcolm X, dan betapa noraknya dia di masa muda dulu dengan gaya jalan yang dibuat-buat dan rambut yang dimerahin hanya demi 'sedikit saja menjadi tidak kelihatan negro'. Tapi Malcolm X sekarang dan selamanya, akan selalu dikenang, dikagumi dan menjadi pahlawan bagi sebagian orang.
Kok jadi kemana-mana ya... Sebenarnya awalnya saya mau bilang kalau fenomena itu yang konon kabarnya berawal dari Kangen Band menunjukkan banyak hal. Ada imitasi dari sebagian remaja dari status ekonomi lemah terhadap sosok yang dianggapnya bisa bangkit dari kemiskinan, yaitu Kangen Band ini. Kemarahan (atau mungkin kesirikan), penghinaan sebagian orang kepada Kangen Band atau kepada anak-anak alay, dari mereka yang mengkategorikan diri tidak norak (baca: elite) buat saya menunjukkan adanya penolakan akan kesamaan status dan keberadaan mereka sebagai diri yang mapan, memiliki uang banyak mungkin lebih banyak dari mereka yang menghina-hina; karena asal muasal mereka dari strata ekonomi yang berbeda. Hal ini berarti ada suatu 'ideologi', ada pandangan yang dianut remaja-remaja ini tentang 'ketidaknorakan' dan meyakini itu sebagai kebenaran.
Saya juga ngga tau sih, apakah yang nggak norak atau yang nggak elite itu berarti nggak ngedengerin Kangen Band, Wali Band, atau ST 12? Tapi kalau memang itu kriterianya, berarti saya, Papa saya, dan suami saya norak banget dong. Saya sangat suka satu lagu Kangen Band, karena liriknya sangat dalem. Walaupun saya biasa aja sama Wali band atau ST 12, tapi saya, suami saya, dan papa saya cukup menikmati kok. Di kuping norak saya,mereka lebih baik daripada seorang artis ABG yang suaranya keliatan banget hasil editan studio.
Yah begitulah tulisan saya yang nggak jelas ini... Apabila anda merasa 4L4Y, jangan khawatir, itu cuma tetangga anda yang sok elite aja yang bilang. Nggak masuk neraka kok jadi 4L4Y...