Mohon tunggu...
Katarina Silalahi
Katarina Silalahi Mohon Tunggu... -

Fiat Voluntas Tua

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Belajar Ikhlas!

23 Januari 2016   17:30 Diperbarui: 23 Januari 2016   17:30 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

                 Sesuai dengan kondisiku saat ini, aku teringat syair sebuah lagu yang mengatakan “Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam”. Rasanya syair ini benar-benar cocok dengan keadaanku. Aku belajar ikhlas, tetapi semakin aku mencobanya maka perasaan sakit itu semakin dalam. Mungkin ini akibat dari kelalaianku di hari yang lalu, aku selalu bermain-main dengan waktu sehingga akhirnya aku jauh tertinggal. Aku menyesal? Tentu saja. Aku terpuruk? Ya, sangat terpuruk.

               Lagi-lagi aku mencoba belajar menerima kenyataan ini, aku berinisiatif untuk menanyakan kepada beberapa kenalanku tentang keikhlasan. Orang yang pertama kutanyai adalah seseorang yang belum lama kukenal, malahan aku mengenalnya melalui siaran radio. Waktu itu aku merasa benar-benar hanya seorang sendiri, tak tahu kepada siapa ingin kutumpahkan semuanya hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita dengannya mengenai permasalahanku. Dari hasil perbincangan kami melalui media sosial ada beberapa pelajaran kehidupan yang kudapat darinya, yaitu: pertama bahwa perjuangan tidak ada titik akhirnya, dan perjuangan tidak akan mengkhianati hasil; kedua perjalanan dalam kehidupan sangat wajar ketika menemui kerikil-kerikil bahkan batu sandungan yang besar; dan yang ketiga beliau mengatakan yang pertama belum tentu bakalan sukses duluan. Kata-kata itu yang langsung membuat semangatku hidup kembali dan aku semakin yakin bahwa belajar ikhlas itu pasti bisa. Terimakasih untuk motivasinya kak Rinsa…

             Orang kedua yang kutanyai mengenai keikhlasan adalah seorang pastor yang bertugas melayani di Padang, sebelumnya aku sudah pernah beberapa kali bercerita dengan beliau mengenai permasalahanku. Tepatnya kemarin sore aku memulai menyapa beliau di salah satu media sosial

(A: aku)

(P: pastor)

A: halo pastor, bolehkah aku bertanya mengenai bagaimana caranya kita belajar ikhlas?

P: Ikhlas itu ketika kita menderita sakit lupa. Lupa akan kebaikan melalui perkataan, perbuatan, dan pemberian.

A: susah ya pastor belajar untuk sakit lupa itu, apalagi menyangkut masa depan dan nama baik.

P: Ya susah untuk dilupakan tetapi sakit kalau diingat. Mari isi dengan kegiatan positif daripada bersakit sakitan terus.

Kira-kira itulah sepenggal percakapan kami mengenai keikhlasan. Terimakasih pastor J

           Hari ini aku  merasa belum puas dengan hasil pembelajaranku tentang keikhlasan. Siang tadi aku kembali menanyakannya dengan seorang teman yang kini berada di kota nan jauh di sana. Entah angin apa yang membawa aku menuju padanya. Dalam perbincangan kali ini beliau benar-benar mampu membawaku ke dunia yang damai, ke dunia yang jauh dari hiruk pikuk permasalahanku. Tak salah aku menyebutnya sebagai Sang Motivator. Inilah beberapa pembelajaran darinya:

               Ikhlas itu adalah berpikir bahwa apa yang terjadi merupakan yang terbaik dan kamu memperoleh nilai lain dari sesuatu yang terjadi itu. Ikhlas berarti kamu percaya bahwa Tuhan tahu itu yang terbaik buatmu. Tuhan tidak pernah memberi yang jelek kepada makhlukNya, tergantung bagaimana kita menerima. Tuhan juga tidak pernah memberikan sesuatu yang hampa. Ini memang tidak mudah, tetapi perjuangan masih panjang. Penyesalan boleh saja, tetapi bukan untuk menghentikan langkahmu. Bayangkan bahwa ini akan baik-baik saja sambil berkata “Ini baik kok! Ini baik!... Ketakutan akan selalu menghantui hidup manusia, tetapi bagaimana kita bisa menghadapinya hingga ia bisa menjadi nikmat? Itu tergantung cara kita sendiri, dan yang terakhir jangan lupa berfikir positif. Percayalah jalan kesuksesan kita berbeda-beda. Sampai jumpa di gerbang kesuksesan kita masing-masing.

            Sungguh aku bangga dipertemukan dengan mereka. Ketika yang lain meragukanku, ada mereka yang meyakinkanku. Ketika aku hampir mundur, mereka menghampiriku dengan kata-kata yang kuyakini itu berasal dari hati. Sekali lagi aku ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang dengan sabarnya membalas pertanyaan-pertanyaanku di tengah kesibukan mereka. Terimakasih juga untuk pembelajaran kehidupan yang belum kuketahui selama ini, dan kini aku semakin kaya dengan pembelajaran itu. Doakan aku agar tetap kuat dan optimis hingga kesuksesan menghampiri.

 

Medan, 23 Januari 2016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun