Mohon tunggu...
Katarina Krissanty
Katarina Krissanty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Film

Perbedaan Film "Catatan Si Boy" (1987) dengan "Dear Nathan" (2017)

11 September 2022   18:09 Diperbarui: 11 September 2022   18:11 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Wikipedia.org

Paradigma

Perbandingan kedua film tersebut akan dimulai dengan perbedaan paradigma. Paradigma menurut Harmon (dalam Astuti, 2022, h.17) mengatakan bahwa paradigma adalah salah satu cara yang mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan melakukan hal yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus.

 Sedangkan dalam film, paradigma berperan untuk melihat pesan yang disampaikan oleh film, merumuskan fokus analisis sebuah film, dan juga untuk mengetahui aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterprestasikan sebuah film (Astuti, 2022, h.20).

Paradigma dalam film "Catatan Si Boy I" (1987)" (1987) menurut saya menggunakan paradigma fungsionalisme. Paradigma yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons ini memiliki ciri-ciri yang merupakan tradisi sosiologi, adanya keteraturan, berakar pada pemikiran kaum obyektivis, menganut sosiologi kemapanan, ketertiban sosial, stabilitas sosial, kesepakatan, keterpaduan sosial, kesetiakawanan, dan hal-hal lain yang nyata (Astuti, 2022, h.21). Paradigma fungsionalisme juga menganggap masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan (agama, Pendidikan, struktur politik, dan juga keluarga) dan setiap bagian harus mencari keseimbangan dan harmoni.

Film "Catatan Si Boy I" (1987)" (1987) menggunakan paradigma fungsionalisme karena dalam film ini digambarkan sosok Boy sebagai laki-laki idaman semua wanita, kaya raya, dan sangat taat pada agama yang dipeluknya. Kesetiakawanan juga sangat terlihat dalam film ini, saat mengetahui Boy dikeroyok oleh Jefri dan anak buahnya, Andi, sahabat Boy, langsung tidak terima dan balas menghajar Jefri walaupun Boy sudah melarangnya.

Sedangkan paradigma pada film "Dear Nathan" (2017) menggunakan paradigma fenomenologi. Paradigma ini  mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Pengkajian mengeksplorasi pengalaman manusia untuk melihat persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan (Astuti, 2022, h.22).

Paradigma fenomenologi dalam film "Dear Nathan" (2017) terlihat pada sosok Nathan yang sering berkelahi dan nakal menjadikan persepsi dan pemikiran orang-orang tentang Nathan menjadi sosok yang buruk, termasuk di mata Salma. Dengan persepsi itu, Salma jadi merasa takut saat Nathan mendekatinya.

Genre

Dalam dunia perfilman, salah satu hal yang penting adalah genre. David Chandler (dalam Astuti, 2022, h.24) mendefinisikan genre sebagai sebuah kesepakatan, dengan konten khusus misalnya berdasarkan tema atau latar belakang.

Astuti (2022, h.24) menjelaskan bahwa ada beberapa kata kunci yang dapat digunakan untuk menentukan genre, yaitu kesamaan mise-en-scene, gaya visual, properti, lokasi, kostum, cara penyuntingan, sudut kamera, dan efek spesial. Selain itu, genre bisa juga ditentukan melalui kesamaan narasi atau alur cerita dan juga persamaan tokoh atau karakter.  

Dalam film "Catatan Si Boy I" (1987), genre yang digunakan adalah drama karena alur ceritanya sangat kuat, latar waktu yang realistis dan juga emosi serta hubungan karakter sangat intens yang ditunjukkan dalam beberapa adegan saat Boy bersama Nuke atau saat Bersama Vera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun