Mohon tunggu...
Katarina Krissanty
Katarina Krissanty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Film

Perbedaan Film "Catatan Si Boy" (1987) dengan "Dear Nathan" (2017)

11 September 2022   18:09 Diperbarui: 11 September 2022   18:11 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring berjalannya waktu, semua hal dapat berubah, salah satunya adalah perubahan dalam film. Perfilman di Indonesia sangat berkembang pesat seiring berjalannya waktu, baik dalam segi alur cerita, pengambilan gambar, dialog, kostum, make up, lighting, kemampuan akting sang aktor, editing, dan masih banyak lagi.

Perubahan-perubahan itu tentunya merupakan sebuah hal yang bagus dalam dunia perfilman, khususnya di Indonesia sendiri. Beberapa tahun belakangan ini, kualitas film yang dihasilkan oleh perfilman Indonesia mulai mengalami peningkatan menjadi lebih baik.  

Dengan perubahan-perubahan tersebut, kali ini saya akan membandingkan dua film Indonesia dengan genre yang sama, tetapi di produksi dalam rentang waktu yang cukup jauh, yakni sekitar 30 tahun.

Film "Catatan Si Boy I" (1987) dengan film "Dear Nathan" (2017) memiliki genre yang sama, tetapi memiliki banyak perbedaan.

Sinopsis

- Sinopsis "Catatan Si Boy I" (1987) :

Film "Catatan Si Boy I" (1987) yang diperankan oleh Onky Alexander, Meriam Bellina, Ayu Azhari, Didi Petet, dan aktor-aktor lainnya merupakan salah satu film drama Indonesia yang sangat populer pada masanya. Banyak orang yang sampai saat ini masih mengingat sosok Boy yang digambarkan menjadi seorang laki-laki yang populer dan kaya raya, serta sangat taat pada agama.

Film ini fokus kepada percintaan yang dialami oleh Boy (Onky Alexander). Boy memiliki pacar bernama Nuke (Ayu Azhari). Namun, Ayah Nuke tidak menyukai Boy karena suatu alasan, hingga akhirnya Nuke harus pergi ke London untuk melanjutkan sekolahnya.

Setelah Nuke pergi, Boy bertemu dengan Vera (Meriam Bellina) yang merupakan seorang anak diplomat. Di sisi lain, ada Ocha yang sudah lama menyukai Boy. Karena Nuke sudah pergi ke London, Ocha pun kembali mendekati Boy.

Setelah beberapa waktu, Boy mulai merasa tertarik pada Vera. Tetapi mantan pacar Vera dari Los Angeles yang Bernama Jefri mengetahui hubungan Boy dengan Vera. Jefri merasa cemburu hingga sering menantang Boy untuk berkelahi.

Setelah dekat dengan Vera, Boy mulai merasa tidak nyaman dengan Vera. Akhirnya Boy memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Vera.

Tak lama setelah Boy memutuskan hubungannya dengan Vera, Nuke kembali ke Indonesia dan menemui Boy. Ternyata Ayah Nuke masih belum bisa memberikan restu kepada mereka, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pacaran dengan cara backstreet.

sumber: Wikipedia.org
sumber: Wikipedia.org

- Sinopsis "Dear Nathan" (2017):

Film "Dear Nathan" (2017) adalah sebuah film adaptasi dari novel karya Erisca Febriani dengan judul yang sama. Film ini dibintangi oleh Jefri Nichol, Amanda Rawles, Surya Saputra, Rayn Wijaya, Denira Wiraguna, dan aktor-aktor terkenal lainnya.

Nathan (Jefri Nichol) adalah siswa yang dikenal sebagai anak nakal karena sering berkelahi dan bolos sekolah, sedangkan Salma (Amanda Rawles) adalah murid biasa yang baru pindah ke SMA Garuda.

Nathan dan Salma bertemu pertama kali saat keduanya sama-sama terlambat mengikuti upacara bendera. Nathan membantu Salma untuk masuk ke dalam sekolah.

Setelah diberi tahu oleh teman-temannya bahwa yang menolongnya adalah anak nakal, Salma bertekad untuk memilih teman dan menghindari orang-orang seperti Nathan.

Namun setelah Nathan menolong Salma, laki-laki itu malah terang-terangan menunjukkan bahwa ia ingin mendekati Salma hingga membuat teman-teman sekolahnya heboh.

Salma melakukan berbagai macam cara untuk menghindar dari Nathan. Namun, seiring berjalannya waktu, Salma mulai merasakan bahwa ia jatuh cinta pada Nathan.

Sayangnya, baru sebentar menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, hubungan mereka langsung diuji dengan kehadiran mantan pacar Nathan semasa SMP, Seli (Denira Wiraguna).

Paradigma

Perbandingan kedua film tersebut akan dimulai dengan perbedaan paradigma. Paradigma menurut Harmon (dalam Astuti, 2022, h.17) mengatakan bahwa paradigma adalah salah satu cara yang mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan melakukan hal yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus.

 Sedangkan dalam film, paradigma berperan untuk melihat pesan yang disampaikan oleh film, merumuskan fokus analisis sebuah film, dan juga untuk mengetahui aturan apa saja yang harus diikuti dalam menginterprestasikan sebuah film (Astuti, 2022, h.20).

Paradigma dalam film "Catatan Si Boy I" (1987)" (1987) menurut saya menggunakan paradigma fungsionalisme. Paradigma yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Parsons ini memiliki ciri-ciri yang merupakan tradisi sosiologi, adanya keteraturan, berakar pada pemikiran kaum obyektivis, menganut sosiologi kemapanan, ketertiban sosial, stabilitas sosial, kesepakatan, keterpaduan sosial, kesetiakawanan, dan hal-hal lain yang nyata (Astuti, 2022, h.21). Paradigma fungsionalisme juga menganggap masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan (agama, Pendidikan, struktur politik, dan juga keluarga) dan setiap bagian harus mencari keseimbangan dan harmoni.

Film "Catatan Si Boy I" (1987)" (1987) menggunakan paradigma fungsionalisme karena dalam film ini digambarkan sosok Boy sebagai laki-laki idaman semua wanita, kaya raya, dan sangat taat pada agama yang dipeluknya. Kesetiakawanan juga sangat terlihat dalam film ini, saat mengetahui Boy dikeroyok oleh Jefri dan anak buahnya, Andi, sahabat Boy, langsung tidak terima dan balas menghajar Jefri walaupun Boy sudah melarangnya.

Sedangkan paradigma pada film "Dear Nathan" (2017) menggunakan paradigma fenomenologi. Paradigma ini  mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Pengkajian mengeksplorasi pengalaman manusia untuk melihat persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan (Astuti, 2022, h.22).

Paradigma fenomenologi dalam film "Dear Nathan" (2017) terlihat pada sosok Nathan yang sering berkelahi dan nakal menjadikan persepsi dan pemikiran orang-orang tentang Nathan menjadi sosok yang buruk, termasuk di mata Salma. Dengan persepsi itu, Salma jadi merasa takut saat Nathan mendekatinya.

Genre

Dalam dunia perfilman, salah satu hal yang penting adalah genre. David Chandler (dalam Astuti, 2022, h.24) mendefinisikan genre sebagai sebuah kesepakatan, dengan konten khusus misalnya berdasarkan tema atau latar belakang.

Astuti (2022, h.24) menjelaskan bahwa ada beberapa kata kunci yang dapat digunakan untuk menentukan genre, yaitu kesamaan mise-en-scene, gaya visual, properti, lokasi, kostum, cara penyuntingan, sudut kamera, dan efek spesial. Selain itu, genre bisa juga ditentukan melalui kesamaan narasi atau alur cerita dan juga persamaan tokoh atau karakter.  

Dalam film "Catatan Si Boy I" (1987), genre yang digunakan adalah drama karena alur ceritanya sangat kuat, latar waktu yang realistis dan juga emosi serta hubungan karakter sangat intens yang ditunjukkan dalam beberapa adegan saat Boy bersama Nuke atau saat Bersama Vera.

Pada film "Dear Nathan" (2017), genre yang digunakan juga sama dengan film "Catatan Si Boy I" (1987) yaitu drama karena memiliki alur cerita yang juga kuat, latar waktu yang realistis, terlihat kebanyakan latar tempat berada di sekolah layaknya murid-murid SMA pada umumnya. Dan juga emosi serta hubungan karakter yang intens, khususnya antara Nathan dan Salma.

SubGenre

Subgenre adalah perkembangan dari genre seiring dengan perkembangan teknologi, sosial, dan budaya.

Subgenre dalam film "Catatan Si Boy I" (1987) adalah romance karena menceritakan tentang kisah percintaan antara Boy dengan Nuke dan juga Vera.

Film "Dear Nathan" (2017) juga memiliki genre yang sama yaitu romance karena Sebagian besar cerita dalam film menceritakan tentang kisah cinta Salma dan Nathan.

Jika dilihat lagi, kedua film tersebut memiliki genre dan subgenre yang sama, tetapi cara penyampaian dalam film berbeda. Pada film "Catatan Si Boy I" (1987) masih banyak adegan-adegan yang sedikit vulgar jika dibandingkan dengan film "Dear Nathan" (2017), dari segi akting para aktor dan aktris juga sangat berbeda. Film zaman dulu lebih terkesan tidak natural dan seperti dipaksakan, berbeda dengan film-film yang tayang belakangan ini yang jauh lebih baik dan terkesan nyata.

Pencahayaan, pengambilan gambar, dan sudut kamera dalam perfilman Indonesia saat juga jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan film-film yang diproduksi sebelum tahun 2000an.     

Daftar Pustaka

Astuti, R. A. V. N. P. (2022). Buku Ajar: Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Kompas.com. (2020, 28 Mei). Sinopsis Film Dear Nathan, Romansa Sejoli di Masa SMA. https://www.kompas.com/hype/read/2020/05/28/114000166/sinopsis-film-dear-nathan-romansa-sejoli-di-masa-sma?page=all

Vinta. (2021, 20 Mei). Sinopsis Film Catatan Si Boy, Film Jadul Favorit. RRI.co.id https://rri.co.id/hiburan/film/1054655/sinopsis-film-catatan-si-boy-film-jadul-favorit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun