Mohon tunggu...
Katarina Krissanty
Katarina Krissanty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masa Depan Seni Kriya di Tanah Air Indonesia

22 Desember 2020   09:44 Diperbarui: 22 Desember 2020   09:48 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi yang cukup pesat memberikan banyak ruang bagi generasi muda untuk berekspresi dan memanfaatkan peluang yang ada. Ada banyak efek positif maupun negatif yang dihasilkan dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi memang memperluas kesempatan kerja, memacu kreativitas melalui persaingan global yang tercipta. Tetapi ada yang berbeda tahun ini, pandemi Covid-19 telah memberi dampak besar pada berbagai sektor ekonomi di Indonesia. Salah satu subsektor industri kreatif yang terdampak adalah usaha-usaha kerajinan tangan atau seni kriya. Banyaknya masyarakat yang mengalami krisis keuangan di tengah pandemi membuat daya beli menurun. Akibatnya, pasar melambat dan pendapatan pengrajin kriya semakin tipis.

Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa industri kreatif terdampak paling parah selama pandemi. Sebab di masa Covid-19 orang lebih banyak membeli makanan dan minuman (Septyaningsih, 2020). Sebanyak 90% industri kriya di berbagai daerah di Indonesia ditutup sementara karena pandemi. 

Hal ini dikarenakan pendapatan yang serba berkurang, dana yang mereka miliki fokus pada kebutuhan sehari-hari untuk bertahan hidup. Seni kriya cenderung dipandang hanya sebagai hiasan atau pernak-pernik belaka, dan jelas tidak dapat memenuhi hajat hidup seseorang. Dengan demikian, pembeli berkurang dan omzet menurun.

Meski demikian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Wishnutama menyampaikan bahwa terdapat 3 subsektor industri kreatif yang memberi sumbangan ekspor terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Salah satunya adalah subsektor seni kriya atau kerajinan tangan. 

Menurut data BPS yang dikeluarkan Bekraf di tahun 2017, kriya menyumbang sebesar 15% (Novika, 2020). Gati Wibawaningsih selaku Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) berharap bahwa industri seni kriya di Tanah Air terus berkembang dan bisa semakin menyentuh sektor ekonomi global di tengah pandemi. Menurut dia, sekarang waktunya bagi pelaku industri kreatif mengambil peluang baru, khususnya memproduksi barang yang relevan dengan kondisi saat ini.

Menteri Pariwisata dan Dirjen IKMA hendak menegaskan bahwa kerajinan tangan bukan hanya soal aksesoris atau hiasan belaka. Seni kriya tidak bisa lepas dengan produk-produk yang dibutuhkan masyarakat. Seni kriya justru menambah nilai estetika dari produk yang dihasilkan. Contoh dari produk-produk tersebut adalah perabot rumah tangga dengan ukiran, peralatan dapur dengan warna atau motif tertentu, dan masih banyak lainnya. Artinya, seni kriya tidak hanya memiliki fungsi estetika tetapi juga fungsi terapan atau kegunaan.

Hambatan yang Menerpa Industri Kriya

Dalam proses pengembangan industri kerajinan atau kriya, terdapat banyak kendala, antara lain; kompetensi atau kualitas sumber daya manusia yang rendah, modal usaha yang terbatas, peralatan dan teknologi yang terbatas, diversifikasi produk yang terbatas, jaringan pemasaran yang terbatas, daya juang usaha yang kurang, dan dukungan formal dari Pemerintahan yang terbatas. Rendahnya kompetensi sumber daya manusia tampak dari terbatasnya tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang memadai. Tenaga kerja yang kurang memadai akan menghambat proses industri. 

Tenaga kerja yang keahliannya dapat menunjang industri kriya antara lain seperti tenaga kerja yang terampil dalam bidang desain produk, promosi dan pemasaran, strategi perdagangan, dan juga manajemen usaha dalam pengembangan industri. Selanjutnya yaitu hambatan mengenai modal yang terbatas. 

Keterbatasan modal dapat menjadi hambatan terbesar dalam menjalani sebuah usaha. Hal ini dikarenakan modal menjadi faktor utama dalam menunjang kelancaran dan juga pengembangan usaha industri kriya.  Hambatan lain yang menerpa industri kriya yaitu terkait juga dengan terbatasnya peralatan dan juga teknologi. 

Peralatan dan teknologi akan dapat menunjang serta meningkatkan hasil produksi. Sehingga apabila sebuah industri memiliki peralatan dan teknologi yang memadai, hal ini akan mengembangkan industri kriya itu sendiri. Sayangnya, saat ini masih banyak industri kriya yang memiliki keterbatasan dalam peralatan dan teknologi. 

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya keterbatasan diversifikasi produk. Hambatan lain yang menerpa industri kriya yaitu jaringan pemasaran dan daya juang usaha yang kurang. Jaringan pemasaran yang terbatas dan kurang luas menyebabkan industri kriya tidak mengalami kemajuan. Daya juang dan usaha yang kurang menyebabkan banyak dari pengusaha mudah menyerah dan tidak tahan banting. Hambatan selanjutnya yakni dukungan formal dari Pemerintahan. Dukungan formal yang dimaksud dalam bentuk program, kebijakan, dan aksi nyata di lapangan.

Catatan Kementrian Keuangan per-April 2020 menunjukkan bahwa salah satu sektor yang paling terkena dampak pandemi Covid-19 adalah sektor UMKM, salah satunya sektor kriya. Seperti yang tadi dikatakan, dalam kondisi pandemi banyak masyarakat yang mengalami krisis keuangan, membuat daya beli mereka menurun. 

Akibatnya, pasar melambat, perputaran uang terhambat, dan pendapatan pengrajin kriya semakin tipis. Karena pendapatan yang serba berkurang, dana yang mereka miliki fokus pada kebutuhan sehari-hari untuk bertahan hidup. Jauh lebih sedikit masyarakat yang masih memiliki dana cukup untuk membelanjakannya pada hal-hal yang bersifat sekunder, lebih banyak masyarakat yang hanya memiliki dana untuk kebutuhan primer saja, (Cahyana, 2020).

 Lalu, Apa Peran Pemerintah dalam Mengembangkan Industri Kriya di Indonesia? 

Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang dekat dengan industri pariwisata. Salah satu subsektor yang menggambarkan ciri khas Indonesia. Dalam jalannya pengembangan subsektor ini, terdapat berbagai hambatan yang menghadang. Seperti rendahnya kualitas sumber daya manusia, terbatasnya modal usaha, terbatasnya teknologi, hingga jaringan pemasaran produk seni kriya yang terbatas. 

Dalam mengatasi hal ini, pemerintah mengambil peran agar hambatan dan masalah pada subsektor ini dapat diminimalisir, sehingga kegiatan ekonomi pada subsektor ini dapat berjalan secara optimal.

Subsektor seni kriya tentunya mendapat dukungan dan peran aktif dari pemerintah dalam rangka pengembangan subsektor ini. Salah satunya melalui Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  (BEKRAF). BEKRAF merupakan lembaga pemerintah yang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan pengembangan industri kreatif salah satunya adalah subsektor seni kriya. BEKRAF bertugas untuk memberikan fasilitas yang relevan dan memadai bagi perkembangan industri kreatif.  

Maka dari itu, dalam hal ini, BEKRAF mulai meluncurkan program deputi riset, edukasi, dan pengembangan  yang memiliki fokus pada Industri kreatif. Program yang diluncurkan adalah BEKRAF Creative Lab (BCL). Dalam subsektor seni kriya, BCL memiliki konsentrasi dalam strategi pengembangan seni kriya meliputi aspek produksi, distribusi, perlindungan, kreasi, dan creativepreneurship. Para pelaku bidang seni kriya akan mendapatkan pengarahan dan pelatihan yang mendalam mengenai pemasaran produk seni kriya, menciptakan produk yang berkualitas, serta perlindungan dalam mengembangkan suatu produk seni kriya.

Disamping BEKRAF, pemerintah juga berperan dalam pengembangan subsektor seni kriya melalui langkah yang lain. Di masa pandemi Covid-19, seperti yang telah diberitakan oleh berbagai media, hampir seluruh sektor dan subsektor  yang ada di Indonesia, mengalami kelumpuhan. 

Diperlukan suatu upaya dan peran pemerintah untuk membangkitkan. Maka dari itu, pada April 2020, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hendak melatih para pelaku ekonomi kreatif, khususnya UMKM sektor kriya. Hal ini dilakukan karena adanya  wabah Covid-19 yang berdampak pada semua sektor, termasuk UMKM seni kriya. 

Dengan adanya pelatihan ini, para pelaku ekonomi kreatif pada subsektor seni kriya diharapkan untuk dapat kembali melaksanakan kegiatan ekonomi kreatif ini di tengah kondisi yang baru. Selain itu dari Kemenparekraf sendiri hendak menyediakan pelatihan berupa pemasaran digital dengan program Master Class "Peningkatan Kompetensi Pelaku Ekonomi Kreatif dalam Pemasaran Digital", (Cahyana, 2020).

Menengok Kelebihan dan Kelemahan Tindakan Pemerintah pada Industri Kriya

Sebagai masyarakat, sudah seharusnya kita menghargai dan mendukung kebijakan pemerintah, namun tentunya kita juga harus tetap bersikap kritis dan apa adanya. Oleh karena itu, berikut adalah kelebihan dari aksi pemerintah demi perkembangan industri kriya di Indonesia:

1. BEKRAF meluncurkan BEKRAF Creative Lab (BCL) yang merupakan fasilitas bagi perkembangan industri kreatif di Indonesia. Pelaku bidang seni kriya nantinya akan diarahkan dan dilatih untuk memasarkan produk-produknya.

2. Di masa pandemi, pemerintah BEKRAF sudah berpartisipasi aktif untuk membantu perekonomian bagi para pengrajin kriya dengan cara melatih para pelaku ekonomi kreatif, salah satunya adalah UMKM sektor kriya.

Namun tidak dapat dipungkiri, tentu terdapat kelemahan di balik setiap hal yang terjadi. Di bawah ini adalah kelemahan dari program yang diadakan oleh pemerintah untuk industri kriya di Indonesia:

1. Program Master Class yang dilaksanakan Kemenparekraf RI tentang “Peningkatan Kompetensi Pelaku Ekonomi Kreatif dalam Pemasaran Digital” yang dilaksanakan  oleh Kemenparekraf melalui webinar pada tanggal 28 September-2 Oktober 2020 dirasa kurang efektif, karena dilaksanakan melalui internet, maka tentu banyak pengrajin yang tidak dapat mengikuti webinar karena tidak semua pengrajin memiliki perangkat yang memadai dan akses internet yang cukup. 

Selain itu, tidak semua peserta dapat memahami informasi yang disampaikan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya ketertarikan peserta mengikuti webinar karena tidak bertatap muka secara langsung sehingga mempengaruhi konsentrasi peserta.

Peluang dan Solusi yang Dapat Ditawarkan

Solusi yang dapat ditawarkan oleh penulis yaitu membuat program dimana masyarakat di luar pengrajin ikut mengenal lebih dalam tentang seni kriya. Program tersebut dapat berupa seminar online, kompetisi menarik, atau kegiatan pemberian hasil karya seni. Tujuannya adalah memancing rasa tertarik masyarakat terhadap seni kriya. Dengan demikian, diharapkan peminat kriya dapat bertambah. Selain melestarikan budaya, kedepannya orang akan cenderung lebih ingin untuk membelinya.

Solusi yang juga dapat diterapkan adalah memfasilitasi para pengrajin kriya dengan mentor, yaitu orang yang dapat membimbing para pengrajin dalam jangka waktu intens. Pihak pemerintah memang telah menyediakan pelatihan, tapi itu kurang menjamin apakah para pengrajin akan tetap melakukan pekerjaannya dengan maksimal seterusnya. Jika ada mentor yang dapat membimbing para pengrajin kriya dalam kesehariannya, maka kemungkinan para pengrajin itu tetap berdagang dan berkarya akan semakin besar. Tentu mereka akan lebih konsisten jika ada pihak yang mau mendengarkan lalu membantu masalah-masalah teknis dalam pekerjaan mereka.

Terakhir, penggalakan program yang menyangkut sarana dan fasilitas para pengrajin, yaitu lebih lagi memperhatikan apa saja kebutuhan mereka yang dapat menunjang kinerja mereka dalam membuat kerajinan. Penggalakan program ini juga agar para pengrajin nyaman, sehingga mereka dapat menaruh rasa percaya mereka para pemerintah, jika hal ini dapat terwujud maka kerjasama dan program program lain yang hendak dilaksanakan akan terjadi dengan mudah.

Sumber

Cahyana, A. (2020). Bangkitkan industri kriya, kemenparekraf buka kelas untuk kenalkan           pemasaran digital saat pandemi. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020 melalui     Pikiran Rakyat Bekasi:

Novika, S. (2020). Ini 3 sektor ekonomi kreatif yang jadi primadona ekspor RI. Diakses pada         tanggal 20 Desember 2020 melalui Detik Finance:

Septyaningsih, L. (2020). Kemenperin: industri kreatif terdampak pandemi paling parah. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020 melalui Republika:              

Sugiarti, R., Margana, M., & Muthmainah, M. Pengembangan wisata kriya berbasis kreasi dan     inovasi di sentra industri kerajinan kulit kabupaten magetan. Cakra Wisata, 21(1). 12-25

Program Studi/ Kelas  : Ilmu komunikasi/ A

Mata Kuliah                     : Ekonomi Kreatif

Dosen Penguji                : Drs. Ign. Agus Putranto, M.Si. dan Caecilia Santi S.Ikom, MA

Anggota kelompok       : 1. Arief Oscar Navero (200907150)

                                                2. Carolina Artemis Dewi Harto (200907165)

                                                3. Katarina Krissanty (200907190)

                                                4. Anneke Virna Murdoko (200907198)

                                                5. Theresa Kristalis Chandra Ayuning Ratri (200907199)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun