Menurut Our World in Data, lebih dari 300 juta orang telah terinfeksi COVID-19. Setiap harinya, jumlah kasus ini terus meningkat sehingga diperlukan tes dengan keakuratan tinggi untuk mendeteksi keberadaan SARS-CoV-2. Tes COVID-19 terdiri dari berbagai macam, yakni swab PCR, swab antigen, dan rapid test antibodi.Â
Selain itu, merek tes COVID-19 juga beragam. Akan tetapi, belum tentu semua orang mengenal semua merek tes COVID-19 beserta keakuratannya. Meskipun saat ini jenis tes RT-PCR (reverse transcription polymerase chain reaction) lebih banyak digunakan, tetapi pada awal pandemi COVID-19 jenis rapid test antibodi lebih dipilih untuk mendeteksi penyebaran virus corona. Salah satu merek tes antibodi yang sering digunakan adalah Abbott PanbioTM.
Sebelum membahas mengenai PanbioTM, istilah antibodi adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja untuk melawan serangan virus, bakteri, atau penyebab penyakit lainnya. Sementara itu, tes antibodi atau yang disebut juga tes serologi merujuk pada tes untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi dalam darah yang melawan virus, bakteri, atau penyebab penyakit tersebut.
Pada awal pandemi, tes antibodi digunakan untuk mengamati respons imun terhadap pasien SARS-CoV-2 (virus corona). Saat tubuh terserang virus corona, tubuh akan mengeluarkan protein yang disebut immunoglobulin (Ig). Tes antibodi akan mendeteksi Ig tersebut dalam dua jenis, yakni IgG dan IgM. Kedua Ig ini akan menghasilkan respons imun yang terdeteksi melalui perubahan antibodi akibat infeksi oleh virus corona atau disebut juga sebagai serokonversi. Selain itu, serological marker atau sejenis penanda yang terdapat dalam tubuh juga digunakan untuk mengidentifikasi penderita COVID-19.
Berdasarkan penelitian, penderita COVID-19 akan mengalami serokonversi IgM menjadi IgG pada kisaran waktu 10-12 hari atau 12-14 hari setelah timbulnya gejala awal. Selanjutnya, IgM akan mengalami penurunan pada minggu ke-3 dan hilang pada minggu ke-7. Sementara itu, IgG tetap akan bertahan dalam tubuh lebih dari 7 minggu. Oleh karena itu, IgG digunakan sebagai serological marker utama COVID-19 dan memunculkan imunitas tertentu yang dapat dideteksi.
Pada perkembangan selanjutnya, tes antibodi juga digunakan untuk membantu pemahaman respons imun terhadap virus corona sehingga cara penanganan pasien COVID-19 dengan tepat serta efek jangka panjang dari penyakit ini terhadap pasien yang sembuh dapat diketahui.
Bagaimana Cara Kerja Tes Antibodi ?
Seperti yang dibahas sebelumnya, orang yang terinfeksi virus corona akan memproduksi IgM dan IgG. Antibodi IgM akan diproduksi pada awal infeksi, sedangkan antibodi IgG akan muncul beberapa hari setelah infeksi awal atau sekitar 2 minggu setelah gejala awal muncul. Kedua antibodi ini akan terkandung pada darah penderita.
Tes antibodi memiliki teknik yang mirip dengan tes kehamilan, yakni dengan sistem lateral flow. Sistem ini menggunakan jenis kertas tertentu sebagai perantara bagi sampel (darah) untuk berpindah dan berinteraksi dengan kontrol dan antigen (zat yang dapat merangsang produksi antibodi) yang mengenali antibodi pasien COVID-19.
Saat tes antibodi, darah dari pasien diambil dan ditambahkan cairan buffer. Kemudian, dalam test kit terdapat antigen yang dapat berikatan dengan antibodi COVID-19. Apabila hal ini terjadi, ikatan akan memunculkan warna yang tampak sebagai garis merah pada test kit.
Tes Antibodi Abbott
Dari berbagai merek tes antibodi, salah satu tes antibodi yang akan dibahas adalah Abbott. Abbott merupakan perusahaan dari Amerika Serikat yang menciptakan berbagai produk kesehatan, baik dalam bidang diagnostik, peralatan kedokteran, nutrisi, obat-obatan, dan lain-lain. Salah satu produk dari Abbott, yakni The-EUA-approved and CE-marked Abbott ArchitectTM SARS-Cov-2 IgG assay (ArchitectTM) telah menjadi standar emas atau pedoman utama dalam diagnosis penyakit COVID-19 dari tes antibodi IgG COVID-19. Pada tes ini, IgG digunakan sebagai serological marker dan pendeteksian IgG secara khusus memerlukan fasilitas laboratorium yang menunjang. Sayangnya, tidak semua negara di dunia memiliki fasilitas laboratorium yang menunjang untuk menggunakan standar emas ini. Oleh karena itu, tes COVID-19 dengan sistem lateral flow point of care lebih cocok digunakan untuk negara menengah ke bawah karena tidak memerlukan fasilitas laboratorium yang lengkap dan hasil uji muncul dalam waktu singkat, yakni sekitar 30 menit. Salah satu tes yang menggunakan prinsip ini adalah The Abbott PanbioTM COVID-19 IgG/IgM Rapid Test Device (PanbioTM). Namun, akurasi dari PanbioTM perlu diuji lebih lanjut dengan membandingkannya terhadap standar emas Abbott ArchitectTM SARS-Cov-2 IgG.
PengujianÂ
Untuk melakukan perbandingan tersebut, dilakukan pengujian dengan menggunakan dua jenis sampel. Jenis sampel pertama diambil pada tahun 2014, yang berarti sampel tidak memiliki virus corona atau negatif COVID-19. Sementara itu, jenis sampel kedua diambil dari 87 pasien COVID-19 di Amerika Serikat dan Inggris dengan kisaran umur 66-77 tahun. Semua pasien ini telah menunjukkan hasil positif pada tes RT-PCR SARS-CoV-2. Selanjutnya, kedua jenis sampel diuji dengan PanbioTM dan ArchitectTM. Hasil positif ditunjukkan apabila pada alat pengujian (kit assay) terdapat dua garis berwarna merah, yakni pada bagian C (control) dan bagian G (IgG). Sementara itu, hasil negatif ditunjukkan jika garis berwarna merah hanya muncul pada bagian C (control).
Sensitivitas dan SpesifisitasÂ
Sebelum membahas mengenai hasil pengujian, terdapat beberapa istilah terkait alat uji COVID-19 yang perlu dipahami.
- Sensitivitas adalah kemampuan tes untuk menunjukkan seseorang yang sakit dalam kelompok orang sakit
- Spesifisitas adalah kemampuan tes menunjukkan seseorang yang tidak sakit dalam kelompok orang sehat.
Â
Hasil Pengujian
Berdasarkan pengujian tersebut, didapatkan hasil spesifisitas ArchitectTM sebesar 100 % dan PanbioTM sebesar 99.4%. Sementara itu, sensitivitas ArchitectTM sebesar 100% dan PanbioTM sebesar 98,7% ketika digunakan pada pasien dengan kondisi kesehatan normal. Akan tetapi, hasil sensitivitas kedua alat tersebut mengalami penurunan ketika digunakan pada pasien dengan sistem imun lemah (imunokompromais). Pada pasien dengan imunokompromais, sensitivitas ArchitectTM sebesar 92,6% dan 91,5% pada PanbioTM. Selain nilai sensiitivitas dan spesifisitas yang berbeda, PanbioTM juga memiliki hasil false positive dan false negative.
False Positive
False positive atau positif palsu adalah istilah untuk hasil tes yang positif padahal orang tersebut tidak terinfeksi COVID-19. Pada pengujian dengan PanbioTM, kasus false positive terjadi ketika sampel tahun 2014 yang bebas SARS-CoV-2 terdeteksi positif COVID-19. Hal ini diduga disebabkan oleh terjadinya reaksi antara sampel dengan komponen pada kit PanbioTM. Namun pada aplikasinya, false positive dapat diakibatkan adanya kontaminasi oleh virus saat pengambilan sampel dan human error, misalnya pelabelan kit yang salah. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, false positive seharusnya jarang terjadi dan PanbioTM memiliki persentase nilai false positive sebesar 0,6%.
Â
False Negative
False negative adalah istilah untuk hasil tes negatif padahal orang tersebut terinfeksi virus corona. Pengujian PanbioTM menunjukkan hasil negatif pada 6 pasien dengan hasil RT-PCR positif. Hasil ini berkaitan dengan imunokompromais dan imunosupresan.
Imunosupresan adalah golongan obat yang digunakan untuk menurunkan sistem imun sehingga apabila seseorang mengonsumsi jenis obat ini, antibodi IgG dalam tubuhnya akan menurun dan terdeteksi negatif oleh PanbioTM. Sementara itu, imunokompromais adalah istilah bagi seseorang yang memiliki sistem imun lemah, misalnya penderita autoimun. Pasien dengan imunokompromais akan mengalami keterlambatan atau tidak mengalami serokonversi. Pada kasus pengujian ini, antibodi pada pasien sangat rendah sehingga terdeteksi negatif oleh PanbioTM. Meskipun demikian, persentase nilai false negative PanbioTM sebesar 0,9%.
Tes Antibodi VS Tes RT-PCRÂ
Pada kenyataannya, saat ini tes antibodi mulai jarang digunakan. RT-PCR lebih direkomendasikan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 dan digunakan sebagai syarat dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan hasil RT-PCR memiliki keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan hasil tes antibodi. Akan tetapi, kedua jenis tes ini tetap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Tes antibodi digunakan sebagai alternatif pengujian untuk konfirmasi sembuh dari COVID-19. Jenis tes ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi apakah saat pengujian pasien masih terinfeksi virus atau telah sembuh dari infeksi COVID-19. Selain itu, tes antibodi juga dipakai untuk memantau respons antibodi terhadap SARS-CoV-2, khususnya di daerah dengan fasilitas laboratorium kurang memadai. Menurut penelitian, jenis tes ini digunakan dalam pengembangan vaksin dengan cara memprediksi adanya protein N sebagai penanda terjadinya respons antibodi yang melawan virus corona. Akan tetapi, pengembangan ini masih perlu diawasi karena SARS-CoV-2 terus mengalami perubahan atau mutasi. Hasil dari tes antibodi juga dapat diperoleh dalam waktu singkat. Sementara itu, kekurangan tes antibodi berkaitan dengan adanya keterbatasan waktu respons imun setiap orang yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan antibodi yang terbentuk menghilang dalam kurun waktu tertentu atau disebut seroreversi.
Tes RT-PCR memiliki keakuratan yang tinggi dan tepat untuk deteksi awal COVID-19. Jenis tes ini lebih akurat karena mendeteksi ada tidaknya virus di dalam tubuh, bukan berdasarkan antibodi yang terbentuk. Akan tetapi, pengujian untuk jenis tes ini lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan jenis tes COVID-19 lainnya. Selain itu, teknik RT-PCR membutuhkan fasilitas laboratorium dengan keamanan tinggi sehingga biayanya cenderung lebih mahal dan kurang terjangkau di seluruh daerah.
Berdasarkan hasil pembahasan ini, tes antibodi PanbioTM memiliki keakuratan yang cukup terpercaya untuk pemeriksaan secara praktis dan singkat. Namun, untuk hasil dengan keakuratan yang lebih tinggi dapat digunakan jenis tes COVID-19 lainnya, misalnya RT-PCR.
Referensi
Batra R, Olivieri LG, Rubin D, Vallari A, Pearce S, et al. 2020. A comparative evaluation between the Abbott Panbio COVID-19 IgG/IgM rapid test device and Abbott Architect SARS CoV-2 IgG assay. J Clinical Virology. 132: 1046-1051.
Healy B, Khan A, Metezai H, Blyth I, Asad H. 2021. The impact of false positive COVID-19 results in an area of low prevalence. Clinical Medicine. 21(1): 54-56.
Herawati N. 2020. Jenis-jenis metode rapid test untuk deteksi virus SARS-CoV-2. BioTrends. 11(1): 11-21.
Schildgen V, Demuth S, Lusebrink J, Schildgen O. 2021. Limits and opportunities of SARS-CoV-2 antigen rapid tests: an experienced-based perspective. Pathogens. 10(1): 38-48.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H