Mohon tunggu...
Katarina Bunardi
Katarina Bunardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Prodi Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Abbott Pabio: Terdengar Asing tetapi Dekat dengan Kita

15 Januari 2022   09:11 Diperbarui: 15 Januari 2022   09:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://autodoc.id/

 

Hasil Pengujian

Berdasarkan pengujian tersebut, didapatkan hasil spesifisitas ArchitectTM sebesar 100 % dan PanbioTM sebesar 99.4%. Sementara itu, sensitivitas ArchitectTM sebesar 100% dan PanbioTM sebesar 98,7% ketika digunakan pada pasien dengan kondisi kesehatan normal. Akan tetapi, hasil sensitivitas kedua alat tersebut mengalami penurunan ketika digunakan pada pasien dengan sistem imun lemah (imunokompromais). Pada pasien dengan imunokompromais, sensitivitas ArchitectTM sebesar 92,6% dan 91,5% pada PanbioTM. Selain nilai sensiitivitas dan spesifisitas yang berbeda, PanbioTM juga memiliki hasil false positive dan false negative.

False Positive

False positive atau positif palsu adalah istilah untuk hasil tes yang positif padahal orang tersebut tidak terinfeksi COVID-19. Pada pengujian dengan PanbioTM, kasus false positive terjadi ketika sampel tahun 2014 yang bebas SARS-CoV-2 terdeteksi positif COVID-19. Hal ini diduga disebabkan oleh terjadinya reaksi antara sampel dengan komponen pada kit PanbioTM. Namun pada aplikasinya, false positive dapat diakibatkan adanya kontaminasi oleh virus saat pengambilan sampel dan human error, misalnya pelabelan kit yang salah. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, false positive seharusnya jarang terjadi dan PanbioTM memiliki persentase nilai false positive sebesar 0,6%.

 

False Negative

False negative adalah istilah untuk hasil tes negatif padahal orang tersebut terinfeksi virus corona. Pengujian PanbioTM menunjukkan hasil negatif pada 6 pasien dengan hasil RT-PCR positif. Hasil ini berkaitan dengan imunokompromais dan imunosupresan.

Imunosupresan adalah golongan obat yang digunakan untuk menurunkan sistem imun sehingga apabila seseorang mengonsumsi jenis obat ini, antibodi IgG dalam tubuhnya akan menurun dan terdeteksi negatif oleh PanbioTM. Sementara itu, imunokompromais adalah istilah bagi seseorang yang memiliki sistem imun lemah, misalnya penderita autoimun. Pasien dengan imunokompromais akan mengalami keterlambatan atau tidak mengalami serokonversi. Pada kasus pengujian ini, antibodi pada pasien sangat rendah sehingga terdeteksi negatif oleh PanbioTM. Meskipun demikian, persentase nilai false negative PanbioTM sebesar 0,9%.

Tes Antibodi VS Tes RT-PCR 

Pada kenyataannya, saat ini tes antibodi mulai jarang digunakan. RT-PCR lebih direkomendasikan untuk mendeteksi SARS-CoV-2 dan digunakan sebagai syarat dalam berbagai bidang. Hal ini dikarenakan hasil RT-PCR memiliki keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan hasil tes antibodi. Akan tetapi, kedua jenis tes ini tetap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tes antibodi digunakan sebagai alternatif pengujian untuk konfirmasi sembuh dari COVID-19. Jenis tes ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi apakah saat pengujian pasien masih terinfeksi virus atau telah sembuh dari infeksi COVID-19. Selain itu, tes antibodi juga dipakai untuk memantau respons antibodi terhadap SARS-CoV-2, khususnya di daerah dengan fasilitas laboratorium kurang memadai. Menurut penelitian, jenis tes ini digunakan dalam pengembangan vaksin dengan cara memprediksi adanya protein N sebagai penanda terjadinya respons antibodi yang melawan virus corona. Akan tetapi, pengembangan ini masih perlu diawasi karena SARS-CoV-2 terus mengalami perubahan atau mutasi. Hasil dari tes antibodi juga dapat diperoleh dalam waktu singkat. Sementara itu, kekurangan tes antibodi berkaitan dengan adanya keterbatasan waktu respons imun setiap orang yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan antibodi yang terbentuk menghilang dalam kurun waktu tertentu atau disebut seroreversi.

Tes RT-PCR memiliki keakuratan yang tinggi dan tepat untuk deteksi awal COVID-19. Jenis tes ini lebih akurat karena mendeteksi ada tidaknya virus di dalam tubuh, bukan berdasarkan antibodi yang terbentuk. Akan tetapi, pengujian untuk jenis tes ini lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan jenis tes COVID-19 lainnya. Selain itu, teknik RT-PCR membutuhkan fasilitas laboratorium dengan keamanan tinggi sehingga biayanya cenderung lebih mahal dan kurang terjangkau di seluruh daerah.

Berdasarkan hasil pembahasan ini, tes antibodi PanbioTM memiliki keakuratan yang cukup terpercaya untuk pemeriksaan secara praktis dan singkat. Namun, untuk hasil dengan keakuratan yang lebih tinggi dapat digunakan jenis tes COVID-19 lainnya, misalnya RT-PCR.

Referensi

Batra R, Olivieri LG, Rubin D, Vallari A, Pearce S, et al. 2020. A comparative evaluation between the Abbott Panbio COVID-19 IgG/IgM rapid test device and Abbott Architect SARS CoV-2 IgG assay. J Clinical Virology. 132: 1046-1051.

Healy B, Khan A, Metezai H, Blyth I, Asad H. 2021. The impact of false positive COVID-19 results in an area of low prevalence. Clinical Medicine. 21(1): 54-56.

Herawati N. 2020. Jenis-jenis metode rapid test untuk deteksi virus SARS-CoV-2. BioTrends. 11(1): 11-21.

Schildgen V, Demuth S, Lusebrink J, Schildgen O. 2021. Limits and opportunities of SARS-CoV-2 antigen rapid tests: an experienced-based perspective. Pathogens. 10(1): 38-48.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun