Literasi politik, secara sederhana dapat diartikulasikan sebagai upaya memberi pemahaman pada publik, yang bisa diakses banyak kalangan perihal makna dan hakikat politik dan dinamiknya.Â
Ini penting, sebab doktrinan di masyarakat pemilih, terutama di ruang sosial kita, masih nampak rayuan-rayuan verbal di ruang publik yang kadang menyusul kemungkinan konflik akut. Tidak main-main biasanya, konflik dengan kekerasan fisik tidak bisa dihindari di beberapa tempat.
Bisa saja, pengetahuan politik yang esensial menjadi penyebab utama kaburnya pemahaman politik dan seabrek dinamikanya kemudian.Â
Makanya, pandemi sebenarnya adalah bisa dibilang berkah, bagi umat manusia untuk transformasi sosial di beberapa sektor untuk menyehatkan pemahaman kebijaksanaan.Â
Mengubur dalam-dalam kebiasaan tidak baik, dengan menafaatkan lalu lintas digital sebagai adrenalin.Â
Tentu, yang lebih penting bagi tim kampanye kontestan dalam kapasitas pemilihan kepala daerah, perlu kiranya akun-akun kontestan memberi konten edukatif perihal politik kebangsaan kita, kerukunan, keberagaman, dan bahaya politik identitas, dan SARA.Â
Dengan begitu, masyarakat pemilih akan handai taulan memilah dan memilih mana calon pemimpin menurut hasil pilihan nuraninya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H