Menjadi harapan kita semua agar daerah bisa mendapatkan pemimpin yang lebih berkualitas dan memiliki program visioner dalam menangani penyebaran Covid-19 dan dampak sosial ekonominya.
Jika Pilkada bisa menjadi momentum emas untuk mengedukasi masyarakat lebih luas akan pentingnya menjalani protokol kesehatan, alangkah luar biasanya sekitar 106 juta pemilih dari 270 daerah bisa secara serentak menjadi agen perlawanan terhadap Covid-19.
Masyarakat akan dijejali konten-konten kampanye yang berseliweran di media sosial, media konvensional yang berisi gagasan, program Paslon tentang penanganan Covid-19 dan dampak sosial ekonominya. Sehingga dengan demikian, masyarakat teredukasi dan menjadi lebih melek, tumbuh kesadarannya untuk disiplin menjalani protokol kesehatan.
Karena sejatinya perilaku dan kebiasaan manusia itu bisa dirubah. Di era disrupsi yang penuh ketidakpastian karena pandemi Covid-19, kita harus terbiasa dan beradaptasi dengan banyak kebiasaan baru seperti 3 M: memakai masker, menjaga jarak (physical distancing) dan mencuci tangan dengan sabun dan bersih mengalir setiap setelah memegang sesuatu.
Disiplin untuk selalu memakai masker ketika keluar rumah, rajin menggantinya setiap beberapa jam memang sangat mudah diucapkan dan sulit dilakukan secara konsisten. Terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Kesadaran untuk disiplin memakai masker saja sangat sulit.
Sebagai penutup, sekali lagi Penulis berpendapat, menunda Pilkada bukan solusi. Melanjutkan Pilkada dengan penerapan protokol yang ketat dan penegakan hukum yang tegas bagi para pelanggar protokol adalah pilihan rasional.
Semoga bangsa kita selalu dilindungi, sehingga bisa kembali melewati ujian zaman yang selama ini kita sebagai bangsa besar dengan sejarah yang luar biasa terbukti mampu menghadapi berbagai tantangan peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H