Mohon tunggu...
Reza Fahlevi
Reza Fahlevi Mohon Tunggu... Jurnalis - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute

"Bebek Berjalan Berbondong-bondong, Elang Terbang Sendirian"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Belajar dari Jiran, Pilkada Aman Covid-19

22 September 2020   20:37 Diperbarui: 22 September 2020   21:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Adam/katapublik

Saat pemilu di Singapura berlangsung, pandemi mulai meluas di negara-negara Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Warga Singapura pun mengikuti tahapan pemilu dengan tertib dan mengacu pada protokol kesehatan, antara lain, dengan memakai masker dan menjaga jarak selama mengantri.

Korea Selatan juga menyelenggarakan pemilu pada 15 April lalu. Pemilu di negeri Ginseng itu berlangsung aman dan sukses. Dengan 10 ribu lebih orang positif Covid-19, otoritas Korsel mengaku, mencapai partisipasi pemilu terbaik sejak 1992. 

Kesuksesan Korsel melakukan pemilu di tengah pandemi, antara lain, karena sistem pemilu yang baik, penanganan Covid-19 yang sigap, dan kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara. Kepatuhan masyarakat  pada protokol kesehatan adalah kunci sukses pemilu Korea selatan.

Bertolak dari itu semua, kita berharap, pengalaman negara-negara tetangga itu bisa menjadi referensi kita menuju Pilkada 2020 pada Desember depan. Bagaimanapun pilkada tetap dilaksanakan dan akan sukses serta aman jika kita mengindahkan protokol kesehatan.

Saat ini sebagai warga negara yang baik, tugas kita mendukung Pemerintah menunaikan kewajibannya untuk memenuhi hak asasi warganya yang diatur dalam Konstitusi: merayakan demokrasi.

Pilkada sebagai pesta demokrasi lokal merupakan hajat politik yang strategis dalam menentukan arah pembangunan dan kesejahteraan masyarakat ke depan. Dalam kondisi pandemi seperti ini, warga berhak memilih pemimpinnya yang bisa menangani Covid-19 dan dampak sosial ekonominya.

Karena itu, jangan lewatkan momentum Pilkada dengan memilih untuk golput. Jika angka golput tinggi, sama saja dengan membiarkan pemerintah yang terbentuk tidak memiliki legitimasi yang kuat. Sehingga demikian program pro rakyat tidak bisa terdistribusi dengan baik karena akan mengalami kendala di legislatif, mengingat keterpilihan yang rendah bagi Kepala Daerah akan mengurangi marwah, legitimasi dan bargaoning baik di Parlemen maupun di mata rakyat.

Namun sebaliknya, jika partisipasi Pilkada tinggi dan kepala daerah terpilih memiliki legitimasi yang kuat, pemerintahan daerah yang terbentuk juga kuat dan memiliki kedaulatan sebagai pemimpin atau pemegang mandat rakyat mayoritas.

Korea Selatan salah satu negara yang berhasil menggelar Pemilu di saat puncak pandemi Covid-19. Dalam sejarah kepemiluan negeri Ginseng tersebut, baru Pemilu 2020 tingkat partisipasi rakyatnya mencapai angka 60 persen lebih atau rekor tertinggi partisipasi warganya dalam Pemilu. Meningkat dibanding Pemilu sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun