Pandemi COVID-19 masih belum berakhir. Tidak hanya menjadi ancaman di sektor kesehatan tetapi juga di berbagai lini sektor kehidupan umat manusia di dunia dan khususnya Indonesia.
Dampak dari krisis pandemi COVID-19 ini sudah sangat mengkhawatirkan. Dikarenakan banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan untuk bertahan hidup melawan pandemi. Hal ini menjadi tanggungjawab dan tugas baru bagi para pemimpin-pemimpin dan pemangku kebijakan dalam upaya memulihkan dampak sosial ekonomi.
Kini, kita telah beranjak memasuki fase demokrasi politik Indonesia, Pilkada serentak yang akan digelar pada tanggal 9 Desember 2020 mendatang.Â
Pilkada serentak ini tidak hanya menjadi salah satu kewajiban dalam berdemokrasi untuk memilih pemimpin secara langsung. Akan tetapi juga menjadi tantangan baru dalam sejarah Demokrasi Politik Indonesia dan bagaimana kita memilih pemimpin di daerah masing-masing yang benar benar memiliki niat yang ikhlas dan kuat untuk membangun daerah serta memulihkan perekonomian masyarakat di daerah tersebut.
Pada Pilkada serentak 2020 ini kita dihadapkan dengan banyak hal hal baru yang ada di dalamnya yakni krisis COVID-19, kemudian pemilih pemula generasi zaman now yang cukup banyak.Â
Berdasarkan riset KedaiKOPI yang diolah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa kelompok milenial merupakan pemilih terbesar 37,7 persen pada Pemilu 2019.
Adapun pemilih pemula sebanyak 12,7 persen. Artinya, gabungan kelompok pemilih muda ini lebih dari setengah pemilih di Indonesia. Di setiap Pilkada sebelumnya, angka pemilih milenial maupun pemula memang rata-rata mencapai 60 persen atau yang terbanyak dibanding pemilih kategori lain seperti pemilih perempuan, maupun pemilih dewasa.
Karena itu, kuantitas pemilih generasi zaman now sangat menentukan keberhasilan Pilkada 2020. Sebagai penyumbang angka terbesar sebagai pemilih, kaum milenial menjadi tolak ukur suksesnya Pilkada serentak 2020. Karena bisa dilihat dari sikap generasi zaman now yang kurang melek terhadap demokrasi dan politik dan banyak yang memiliki sikap acuh tak acuh dengan politik, yang penting gue happy!
Sikap ini tidak boleh dibiarkan larut begitu saja, dengan pesatnya perkembangan zaman dibutuhkannya pendidikan politik dan wawasan demokrasi dalam kehidupan generasi zaman now. Dikarenakan generasi zaman now ini bisa menjadi bom waktu sukses dan tidaknya demokrasi politik Indonesia.
Oleh karena itu, generasi zaman now harus diakomodir dengan mengupgrade wawasan politik dan demokrasinya. Sehingga sikap empati dan partisipasi politik generasi zaman now digunakan dengan sebaik-baiknya dalam mensukseskan Pilkada Serentak 2020.
Sebagai generasi zaman now mari kita kampanyekan katakan tidak pada GOLPUT dan sukseskan PILKADA Serentak 2020.Â