Oleh: Reza Fahlevi, S.IP - Direktur Eksekutif The Jakarta Institute
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
Momentum HUT RI ke-75 tahun ini harus dimaknai betapa pentingnya arti kemerdekaan. Seperti kutipan Alinea Ke-3 Pembukaan UUD 1945 di atas: Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Bangsa kita bisa merdeka dan terbebas dari belenggu penjajahan. Bisa dibayangkan, jika belum merdeka, tidak mungkin kita bisa hidup tenang dan damai seperti sekarang.
Memang kita belum ~merdeka~ sepenuhnya. Masih banyak tugas sejarah menanti peran kita semua anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Untuk merdeka 100 persen, tentu saja kita harus terbebas dari kemiskinan, merdeka dari kebodohan, sepenuhnya mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak, serta yang utama ialah tidak dijajah bangsa sendiri karena seperti kata Proklamator dan salah satu Pendiri Bangsa kita Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri."
Dalam konteks kekinian, semangat kemerdekaan zaman now yaitu menyalakan api perjuangan untuk perang melawan Covid-19. Karena itu, segala upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta sejumlah kelompok masyarakat yang hendak menangani Covid-19 dan mengantisipasi dampak sosial ekonominya haruslah diberikan penghargaan setinggi-tingginya. Karena merekalah para pejuang kemerdekaan yang telah berperang melawan musuh utama hari ini: Pandemi Covid-19.
Kita harus mengapresiasi segala upaya berbagai pihak yang tak pernah lelah mengedukasi dan memotivasi masyarakat untuk memutus rantai penyebaran virus Corona (Covid 19).
Berkenaan dengan hal itu, Presiden Joko Widodo meminta jajarannya semakin massif menyosialisasikan protokol kesehatan guna menekan angka kasus positif Covid-19.
Presiden ingin protokol kesehatan betul-betul menjadi perhatian. Saat membuka Rapat Terbatas Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta pada Senin, 3 Agustus 2020, Presiden menegaskan seluruh jajarannya bergerak dan fokus saja dalam dua minggu ini untuk kampanye mengenai pakai masker. Dalam dua minggu berikutnya dilanjutkan kampanye jaga jarak atau cuci tangan, Presiden meminta kampanye protokol kesehatan tidak dicampur semua.
Menurut Presiden Jokowi, kampanye protokol kesehatan yang dilakukan bersamaan selama ini, kurang efektif di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Karena itu, Presiden meminta kepada Ketua Umum Tim Penggerak PKK Ibu Tri Tito Karnavian untuk  kampanye door to door sosialisasi penggunaan masker yang melibatkan ibu-ibu PKK di seluruh Indonesia untuk berkontribusi lebih maksimal dalam pembagian masker.
TP PKK yang memang sejak awal penyebaran Covid-19 sudah bergerak gotong royong bersama organisasi wanita lain membagikan sejumlah paket bantuan berisi sembako, masker, hand sanitizer, APD ke sejumlah rumah sakit dan warga di berbagai daerah di Indonesia.
Di bawah koordinasi Ketua Umumnya Ibu Tri Tito Karnavian yang mewakili enam organisasi wanita lain, salah satunya Oase Kabinet Indonesia Maju atau Perkumpulan Istri Kabinet Indonesia Maju di bawah pembinaan Ibu Negara Ibu Iriana Joko Widodo dan Istri Wapres Ibu Wury Ma'ruf Amin, TP PKK sejak awal Agustus diminta khusus Presiden Jokowi untuk mengedukasi masyarakat hingga ke pelosok desa, gang-gang sempit di perkotaan perihal pentingnya menjalani protokol kesehatan dan juga membagikan masker.