Mohon tunggu...
Kata Kopi
Kata Kopi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Recehan Kelas Teri

Kata Kopi Hanya menulis Sajak (gadicht), syair, puisi (poezie) dan kata-kata pendek dan atau Quotes tantang kehidupan, inspirasi, motivasi dan sebagainya dengan tujuan untuk memberi semacam pengingat buat kita. Kalau kalian yang suka Video story dengan kata-kata/quotes, kalian bisa juga berkunjung ke : - Instagram : katakopi45 - Pinterest : Kata Kopi - Facebook : Kata Kopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak: Tak Ingin Hidup

19 Februari 2023   20:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   20:26 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai, hai, hai....Kompasianer

Sesuai dengan tujuan kata kopi, menulis di Kompasiana dengan Nama Kata Kopi hanya focus pada Karya Sasrta. Lebih tepatnya, belajar menulis berbagai karya sastra. Kali ini, Kata Kopi coba menulis sebuah karangan merangkap. 

Dalam Kasya Sastra, Karangan ini mengambarkan realitas (realisme) dengan menggunakan gaya karangan bebas. Sekedar untuk diketahui, sajak sebenarnya memiliki banyak bentuk, ciri, sifat dan juga jenis.

Dalam sejumlah karya sastra, selain sajak. Biasanya menggunakan gaya bahasa yang beragam dengan pemilihan kata atau diksi tertentu dan sarat makna. Di sini, kata kopi juga ingin belajar menulis sajak karena ketertarikan dengan dunia Karya Sastra. 

Salah satu sajak ini, dari yang kata kopi belajar, sajak ini menunjukan jenis Sajak Paruh berdasarkan bunyi sajak. Kalau pembaca yang sudah sangat paham dengan karya sastra jenis ini, kiranya dapat memberikan masukan dan sebagai dukungan untuk belajar karya sastra terutama menulis sajak dan puisi atau jenis lainnya. Berikut sajak yang kata kopi tulis :

Pergi ke pantai, ikan di laut makin kurus

Baca juga: Ujian Luka

Pergi ke hutan, bukit gundul meringis

Pergi kota, polusi seperti setan

Pergi ke desa, sembako harganya melangit

Kami yang hidup, dikejar - kejar ketakutan

Menakut-nakuti kehidupan

Pergi ke sekolah, biaya kemahalan

Pergi ke kantor, nepotisme menjamur

Pergi ke pasar, sayuran sudah kering

Pergi ke kebun, tanahnya punya negara

Kami hidup dengan gangguan kebijakan

Mental dijajah atas nama kebijaksanaan

 

Kata Kopi "Tak Ingin Hidup"

Batam, 19/02/2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun