Tapi kau lupa, makna kebebasan yang kau seruput
Yang sering kali kau sebut rindu
Sudah kuduga, matamu tak mampu melihat bahagianya petani kopi
Sebab, jangkauan pandanganmu hanya pada muda-mudi yang kasmaran
Yang sering berserikat lalu meramu khayalan
Kau tak bisa menduga, mereka itu sedang merencanakan patah hati
Sudah kuduga, kau tak  bisa menyelam ke dasar hati orang-orang
Kau juga tak mampu melihat petani kopi yang lusuh dan kaku itu
Menanam kopi dengan hati, pun merawatnya dengan ikhlas
Lalu suguhkan kecintaan itu pada kau yang berlagak penikmat
Sudah kuduga, cangkir demi cangkir kau teguk dari bibir manismu