Manusia memiliki kompleksitas tersendiri yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki rasio, tetapi di sisi lain manusia juga berkehendak, dan di sisi lain manusia memiliki kesadaran, manusia juga memiliki jiwa, tubuh manusia yang kompleks menyebabkan dimensi-dimensi yang berbeda seiring berjalannya waktu.
Etika Altruisme
Secara etimologi kata Altruisme berasal dari bahasa Latin, Alter yang berarti "lain". Adapun secara terminologi Altruisme berarti pandangan atau sikap hidup yang menaruh perhatian pada kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan orang lain. Dalam aspek sikap manusia, seorang yang altruis tidak hanya melakukan sesuatu untuk kepentingan pribadinya, seorang altruis juga akan mempertimbangkan atau menaruh perhatian terhadap kepentingan orang lain.
Pada sikap seorang altruis seakan tidak ditemukan dimensi egoisme pada dirinya, karena dalam melakukan, bertindak, atau berpikir, seorang altruis juga mempertimbangkan suatu manfaat untuk orang lain dari hasil tindakannya atau pemikirannya. Gambaran seorang altruis sangat bertanggung jawab penuh atas segala tindakannya, jika tindakannya memiliki atau menyebabkan kebahagiaan atau manfaat pada orang lain seorang altruis akan menerima pujian terhadap dirinya secara wajar. Jika hasil tindakannya menyebabkan kesengsaraan orang lain ia pun siap untuk menerima cercaan ataupun kritik atas tindakannya.
Seorang altruis menggambarkan manusia yang terbuka terhadap reaksi di luar dirinya, ia tak tergoyahkan oleh pujian atau cercaan dari orang lain, karena dirinya menilai bahwa perbuatan baik memang selayaknya adalah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain dan dalam aspek sosial memanglah kebaikan terhadap orang lain yang dijadikan prioritas tindakan sosialnya.Â
Sebaliknya tindakan buruk memang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia, manusia bukanlah subjek kebenaran absolut, sehingga segala keburukan dalam aspek sosial yang datang baik bagi dirinya maupun orang lain disebabkan oleh diri manusia itu sendiri. Sehingga jika tindakan seorang altruis mendatangkan keburukan bagi dirinya maupun orang lain maka memang selayaknya cercaan atau kritik dilayangkan pada dirinya.
Namun dengan demikian seorang altruis sebagai manusia bukan berarti tidak memiliki egoisme dalam dirinya. Ego dalam dirinya justru tampak pada aspek terdalam individualnya sebagai manusia.
Dimensi Ego Seorang Altruis
Manusia sebagai makhluk yang memiliki ego tentunya juga memiliki kebutuhan individualnya, menurut ahli psikologi Abraham Maslow kebutuhan manusia ada lima macam;
- Kebutuhan fisik dan biologis, kebutuhan ini mencakup kebutuhan manusiawi seperti bernafas, makan, minum, menghirup udara, dll.
- Kebutuhan akan keamanan dan jaminan hidup, misalnya kebutuhan akan perlindungan, pekerjaan, gaji,dll.
- Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan manusia untuk bersosial dan diterima seperti berkelompok, berteman, dicintai, dll.
- Kebutuhan akan diri dan penghargaan yang berkorelasi dengan status, pengetahuan, kepercayaan diri. Bentuknya seperti lambing status, gelar, penghargaan, dan peneguhan diri.
- Kebutuhan akan pemenuhan dan pencapaian diri, bentuknya seperti kreatifitas, perkembangan percakapan, cakrawala kehidupan, dan kerohanian.
Manusia dalam kehidupannya dengan dimensi-dimensi kebutuhan yang ia miliki tidak memiliki kepuasan diri meski kebutuhannya tercukupi. Egoisme manusia terlihat dari ketidakpuasannya terhadap pemenuhan kebutuhan dirinya. Setelah dimensi kebutuhannya terpenuhi manusia cenderung berpindah ke dimensi kebutuhan yang lainnya. Jika kebutuhan pertama terpenuhi  kebutuhan ketiga menuntut perhatiannnya, kebutuhan kelima dijinakkan muncullah kebutuhan kedua, dengan demikian hakikat manusia sebagai makhluk hidup adalah berpindah dari satu dimensi ke dimensi yang lain.