Mohon tunggu...
Orang Bijak Palsu
Orang Bijak Palsu Mohon Tunggu... -

Pemerhati Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berlimpah Rezeki dengan Bersedekah

6 September 2015   16:25 Diperbarui: 6 September 2015   17:19 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Sumber Gbr : baitalkamil.org"][/caption]

Banyak dari kita yang tidak membantah manfaat dan kekuatan sedekah namun banyak juga yang masih enggan melakukannya. Ini dikarenakan kita selalu menghitung ‘keuntungan’ sedekah dengan menggunakan kalkulasi dan matematika kita.

Matematika dan akuntansi sedekah menurut alquran dan hadis terkadang sulit kita mengerti dengan matematika biasa. Dibutuhkan keyakinan yang tidak biasa (iman) untuk bisa mempercayainya. Tidak ada istilah rugi dalam bersedekah dan tidak ada yang bangkrut karena bersedekah. Meskipun secara pandangan umum harta kita berkurang ketika melakukan sedekah namun sejatinya dalam kacamata iman harta itu tidak berkurang bahkan bisa bertambah berkali-kali lipat. Ya berkali-kali lipat !!

So jika anda belum bisa mempercayai dan meyakini atau tidak mau belajar mencoba meyakininya saya pikir jangan buang-buang waktu anda yang amat berharga itu dengan melanjutkan membaca artikel ini. Karena waktu lebih berharga daripada hanya sekedar uang.

Dan yang berjanji memberikan balasan yang berlipat itu adalah Allah Azza Wa Jalla, pemilik dan penguasa seluruh alam ini. So siapa diri kita jika tidak mau mempercayainya.

Dalam [QS Al-Baqarah/2: 261] Allah mengatakan : “Orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Dan jaminan tidak bakal rugi dikatakan Allah di QS Al-Baqarah/2: 272 : “Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri, dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridaan Allah, dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dirugikan.”

Selain Quran ada banyak hadis juga yang menjamin kelimpahan rezeki dengan sedekah salah duanya adalah Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam: “Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu ada di Arasy, yang dikirim oleh Allah Azza Wa Jalla kepada setiap hamba sesuai nafkahnya. Maka siapa yang memperbanyak pemberian kepada orang lain, niscaya Allah memperbanyak baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.”H.R. ad-Daruquthni dari Anas r.a.

Dalam salah satu hadits Qudsi, Allah berfirman: "Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu), niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu." (H.R. Muslim). Niscaya Aku (Allah) akan memberikan nafkah kepadamu. Apa lagi yang perlu kita takutkan jika Allah yang maha kaya yang mau menafkahi kita. Masihkah kita takut miskin dan kekurangan dengan bersedekah. Came on...

Sedekah yang lebih utama adalah menyedekahkan barang atau benda yang paling dicintai. Tentang ini ada sebuah kisah menarik dari seorang dirut sebuah perusahaan yang dililit banyak utang.

Adalah Mulyadi namanya, ia seorang Direktur Utama PT Zebra Nusantara TBk, perusahaan transportasi terbesar di kota Surabaya. Dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan termasuk perusahaan yang dikelolanya. Akumulasi kesulitan itu berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang ia miliki. Nilai aset itu hampir Rp 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp 3 miliar.

Untuk kali pertama dalam hidup pria kelahiran Bogor 2 November 1970 yang pernah menjabat Direktur Utama PT Steady Safe Tbk ini menggunakan kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Karena selama ini Mulyadi ke mana-mana selalu menggunakan sopir.

Pertama kali ia naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju Al Azhar. Ia shalat Maghrib dan mendengar publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiah. Ia pun beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah shalat Isya berjamaah Mulyadi mengikuti pengajian yang malam itu menampilkan dai muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah.

''Ia sempat terkejut, ketika dalam tausiyah YM mengatakan, 'Mungkin di antara jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang luar biasa''.

Inti dari tausiah sang ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah dan lebih utama adalah benda yang paling dicintainya. Tanpa pikir panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek Bvlgari yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk disedekahkan.

''Waktu itu, yang paling berharga yang dipunya Mulyadi hanya jam tangan karena di dompet hanya ada uang Rp 110 ribu. ATM saldonya sudah sangat minim, Kartu Kredit sudah over limit. Waktu itu ia pikir kalau saya sedekahkan Rp 100 ribu uang saya tinggal Rp 10 ribu. Sejenak ada rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang, jam itu dibeli seorang jamaah seharga Rp 200 ribu. Ia merasa enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan tertinggi selama hidupnya.

Suami dari Nurasiah Jamil ini siap untuk menerima keputusan apapun, termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya. Tak lama kemudian, teleponnya berdering. Jauh sebelum krisis melanda dirinya, ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga. Suara telepon di ujung sana menanyakan proposalnya dulu, apakah berminat untuk meneruskan atau tidak.

Subhanallah...Allah menggerakkan hatinya untuk mengakomodasi proposal saya, pikirnya penuh suka cita. Senin, hanya berselang dua hari setelah mensedekahkan jam Bvlgari-nya, Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama. Tak sampai seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka honorarium segera dikirim ke rekening, begitu kata mereka. Di hari batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank. Subhanallah, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup untuk menyelesaikan semua kewajibannya, kisah Mulyadi kepada Republika dengan mata berbinar.

Ia tak akan pernah melupakan kisah itu. ''Inilah pengalaman batin yang paling berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu seperti itu yang Allah kehendaki. Ia pun teringat, boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar, berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, shalat dhuha setiap hari, iktikaf di masjid, dan selalu mendoakan orang tua.

Mulyadi bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah momentum untuk melihat keperkasaan Allah. Allah mengintervensi kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan mengikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah. ''Jika kita bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih cepat lagi,'' tandas Mulyadi berfilosofi.

“Allah menjanjikan balasan yang berlipat kenapa kita sibuk ngurusin yang selipat”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun