Mohon tunggu...
Kasmir  Nema
Kasmir Nema Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Keberagaman adalah anugerah.

Merawat perbedaan adalah panggilan kemanusiaan setiap insan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

The Eyes of Darkness: Sebuah Review (1)

14 April 2020   13:26 Diperbarui: 14 April 2020   13:38 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian sang putera membuat Tina hidup terlantung-lantung dan terombang-ambing. Tidak ada satu detik pun dapat ia lalui tanpa kerinduannya pada Danny. Meski jasad putranya itu sudah hancur lebur termakan tanah di dalam liang lahat, Danny tetap menjadi putra kesayangannya. Ia yakin Danny masih hidup entah di mana, di suatu tempat nun jauh di sana. Ia bahkan bermimpi bahwa suatu hari ia berjumpa lagi dengan sang buah hati.

Kerinduannya yang tidak pernah pudar bukan rekaan imajinasi belaka di siang bolong. Kerinduannya itu terbawa ke dalam mimpi. Tina terhanyut berjumpa dengan putera yang dikasihinya. Di suatu malam yang sunyi, di dalam kelelapannya, tiba-tiba ia dikagetkan dengan perjumpaan tak terencana dengan sang buah hati. 

Hatinya berkobar-kobar seolah semua kerinduaan terjawab. Di dalam perjumpaan itu, Danny berdiri di tepi sebuah ngarai yang tak berujung, sementara Tina berada di sisi yang jauh di seberangnya, menatap jurang yang sangat luas. Danny memanggil namanya. 

Ia merasa kesepian dan takut. Ia tampak sengsara karena tidak dapat menghubunginya. Sementara itu, langit semakin gelap dan pada detik itu juga, awan badai bergemuruh seperti kepalan raksasa langit yang terkepal, meremas cahaya terakhir hari itu. Tangisan dan respons Danny menjadi semakin melengking dan putus asa, karena mereka tahu bahwa mereka harus saling berjumpa sebelum malam tiba atau hilang untuk selamanya. 

Amat disayangkan, Tina tak sanggup menyentuh tubuh sang buah hati. Entah dihalang apa. Ia begitu kesal dengan peristiwa itu. Mengapa ia tidak bisa mendekati anaknya. Barulah ia sadar bahwa ia sedang bermimpi. 

"Ah, mungkinkah ini pertanda bahwa Danny sungguh-sungguh sudah mati?" Tanyanya dalam hati. 

"Tidak!" Jawabnya spontan, membantah pernyataannya sendiri. 

Danny pasti masih hidup. Di dalam lamunan itu, tiba-tiba langit hancur oleh kilat, lalu oleh gemuruh guntur yang keras, dan malam itu melepak menjadi kegelapan yang lebih dalam, menjadi kegelapan yang tak terbatas dan sempurna.

Hari-hari dilalui oleh Tina dalam kesedihan dan kesendirian. Suasana semakin mencekam ketika ia harus bergulat seorang diri tanpa Michael, mantan suaminya, yang juga sudah meninggalkannya jauh sebelum kematian Danny. 

Bagi Tina, kematian putranya bak terjatuh ditimpa tangga. Beberapa tahun sebelum itu, ia harus kehilangan Michael, suami yang telah hidup bersamanya selama dua belas tahun. Tina berpandangan bahwa ia tidak akan sesedih itu andai saja Michael, orang yang pernah dicintainya itu, masih bersama dia. Sayang seribu sayang, justru Michael yang sudah lebih dulu meninggalkan Tina. Hidup Tina menjadi berantakan.

Ini adalah sepenggal kisah tentang sebuah kehilangan yang tragis, kehilangan akan sosok yang dicintai. Sebuah kehilangan yang tidak akan pernah bermetamorfosis menjadi sebuah 'ada' lagi. Kehilangan buah hati yang tidak akan kembali. Kehilangan orang-orang tercinta yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kehilangan kekal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun