Mohon tunggu...
MArifin Pelawi
MArifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa S3

Seorang pembelajar tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Filosofi Neoliberal Berbahaya bagi Pendidikan?

10 Desember 2020   11:30 Diperbarui: 10 Desember 2020   11:47 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk keberhasilan sebagai pendidik di Indonesia harusnya memberikan karakter kemanusian yang beradab, kelas yang menciptakan manusia yang saling bekerja sama untuk saling menguntungkan. Pendidikan bukan berfungsi sebagai sortir untuk mengukur manusia, tetapi tempat bagi anak bangsa untuk mengerti arti bermasyarakat yang baik. Tempat bagi calon penerus bangsa mengerti bagaimana menciptakan tempat hidup yang lebih baik berdasarkan filosofi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bukan tempat bagi anak-anak untuk belajar mencari cara terbaik agar bisa hidup sempurna sendiri tanpa mengindahkan orang lain. Bukan tempat diaman anak-anak diajarkan berlomba untuk mengalahkan anak lain dengan segala cara menggunakan keuntungan yang dimiliki. Dalam masyarakat Pancasila, kita seharusnya berkembang pesat dengan membantu orang lain berkembang. Oleh karena itu, kita menginginkan pendidikan menciptakan warga negara yang cerdas bukan yang pintar saja.

Bangsa Indonesia harusnya di dasari pada prinsip kebersamaan dan gotong royong. Pendidikan harusnya tentang kemenangan bagi siswa seharusnya di mana keberhasilannya didasarkan membuat siswa lain senang dalam keberadaannya. Bukan dalam keadaan dimana sesama siswa harus waspada terhadap siswa lain sebagai musuh yang harus ditaklukkan.

Hal yang persis dibutuhkan siswa, tidak lebih dan tidak kurang, adalah kesempatan sejati untuk membuat sesuatu apa pun dengan potensi yang mereka miliki.

Apakah menurut kamu pendidikan Indonesia berdasarkan filosofi Pancasila atau Neoliberal?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun