Hal-hal seperti kenaikan harga BBM, korupsi di banyak lembaga negara, hingga persoalan ketidakadilan hukum, kebebasan beragama, dan berbagai ketidakadilan sosial lainnya, adalah contoh realita-realita yang sudah selayaknya direspon oleh mahasiswa. Tidak lagi hanya sekadar ke kampus untuk memikirkan berapa IPK yang harus diraih di akhir semester nanti.
Anak kuliahan, ke kampus hanya untuk berkuliah. Mahasiswa, ke kampus untuk belajar. Dan pembelajaran itu diperoleh jauh lebih banyak di luar lingkaran mata kuliah yang diajarkan dosen di kelas. Kepekaan dan kepedulian sosial, pendidikan moral dan kemanusiaan berdasarkan common courtesy (bukan yang basisnya subjektif seperti agama atau budaya normatif), diperoleh ketika mahasiswa bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Saya berbincang dengan beberapa mahasiswa baru disana, dan mereka mengungkapkan bahwa keterlibatan mereka dengan aktivitas politik seperti itu yang membuat mereka sadar.
Mereka mendapatkan pengetahuan mengenai permasalahan sosial yang ada di masyarakat, serta apa yang bisa mereka lakukan untuk meresponnya. Tidak hanya sampai disitu, para mahasiswa itu membawa pulang pengetahuan baru yang mereka peroleh dan mengajarkannya kepada teman-temannya di kampus, dan juga anggota keluarga mereka di rumah.
Seperti itulah sebuah kesadaran dan pemahaman publik dibangun, yakni dengan melibatkan diri kita ke dalam sistem yang ada. Begitulah sebuah perubahan (perbaikan) sosial diciptakan. Dan sebagai insan akademis, peran mahasiswa sebagai bagian dari pemuda sangatlah signifikan untuk menciptakan perbaikan-perbaikan tersebut.
"Tidak afdhal seseorang menjadi mahasiswa, jika ia tidak pernah ikut demonstrasi." Begitu gurauan salah satu teman saya dulu setiap kali kami "turun ke jalan". Tentu saja keliru jika kita mengartikan bahwa mahasiswa wajib ikut demonstrasi. Bahkan menurut saya, konteks pergerakan sosial mahasiswa sudah berbeda dengan dulu, dan era modern seperti sekarang ini tidak lagi benar-benar membuat aksi publik di jalan-jalan menjadi efektif.
Esensi tersirat dari candaan teman saya itu sebenarnya adalah, ajakan kepada mereka yang mengaku mahasiswa, untuk membantu "warga yang kebingungan di persimpangan jalan." Untuk ikut memikirkan keluhan para petani miskin ketika harga-harga sembako naik, protes buruh pabrik karena tidak mendapatkan imbalan kerja yang layak, atau untuk menjawab teriakan korban ketidakadilan hukum yang ditimpakan kepada yang lemah.
Begitupun esensi tulisan ini, adalah ajakan kepada para mahasiswa untuk menjalankan perannya yang sangat krusial, yakni dengan melibatkan diri ke dalam sistem sosial politik yang ada. Sebuah ajakan untuk menjadi peduli dengan realita sosial di sekitar kita, bukan nilai akademik semata. Ajakan untuk benar-benar menjadi seorang mahasiswa, bukan sekadar anak kuliahan saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI