Mohon tunggu...
Kaseri
Kaseri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Jombang

Saya adalah seorang yang ingin selalu berubah dan berkembang lebih baik. Di setiap kesempatan, saya selalu berupaya mengambil peran maksimal. Pengalaman Terindah, saat terpilih dan menjadi duta di ajang "Indonesian Youth Leadership Programme" di Washingthon DC, United State of America (USA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

1.3.A.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak

5 Desember 2022   22:25 Diperbarui: 5 Desember 2022   22:25 9354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya Kaseri, S.Pd., M.M. adalah calon guru penggerak angkatan 7 dari SMAN 1 Jombang Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan tahapan Koneksi Antar Materi dari alur MERDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.

Pada tahap 1.3.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.3 ini, sebagai Calon Guru Penggerak mendapatkan 'challenge' untuk untuk merefleksikan dan mengaitkan pemahaman antar modul yang telah dipelajari hingga kini, dengan merespon pertanyaan berikut: "Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?"

Pada kesempatan Refleksi Koneksi Antar Materi ini, saya akan menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari modul 1.1 hingga akhir modul 1.3 ini. Oelh karena itu, saya akan membahas keterkaitan/koneksi antara:

  • Filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara
  • Memimpikan murid di masa depan
  • Profil pelajar pancasila
  • Nilai-nilai dan peran guru penggerak
  • Visi guru penggerak
  • Paradigma Managemen Inkuiri Apresiatif (IA)
  • Prakarsa Perubahan BAGJA

Modul 1.1

Setelah belajar modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya merasa banyak hal yang sudah saya pelajari tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Konsep-konsep pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pemikiran dan wawasan saya tentang pendidikan.

Pendidikan dan Pengajaran ternyata dua hal yang sangat berbeda. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Tumbuh kembangnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai seorang pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita selaku pendidik hanya pamong yang dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya itu. Dalam menuntun anak-anak, kita dapat mengibaratkan diri sebagai petani, dan anak-anak yang kita didik sebagai benih (misalnya benih padi). Kita sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Misalnya, kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung atau tanaman lainnya.

Sebagai pendidik kita harus tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Pada dasarnya anak bukanlah tabularasa (kertas kosong) yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pesisir pantai akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pegunungan. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam, berbeda, dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Kita harus menyiapkan anak-anak dapat memenangkan kompetisi pada zamannya dengan membekali kompetensi yang cukup dimasa yang akan datang. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)

Dalam bergerak dan menggerakkan saya harus memahami filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, seperti tujuan pendidikan (memerdekakan manusia, menjadikan manusia selamat dan Bahagia), filosofi tri rahayu (Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, Hamemayu Hayuning Bawono), filosofi Trikon (Kontinu, konvergensi, konsentris), filosofi tringe (Ngerti, Ngeroso, Ngelakoni), serta filosofi Triloka (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani)

Modul 1.2

Tantangan bagi guru agar bisa memberi ruang pada semua peserta didik, untuk belajar dan mendapatkan Pendidikan yang semestinya. Pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan untuk murid. Sebagai guru penggerak saya harus mampu menggali potensi-potensi murid yang masih terpendam seperti teori gunung es.

Karenanya dalam menjalankan semua peran Guru Penggerak, saya akan mengoptimalkan nilai-nilai Guru Penggerak yang saya miliki antara lain berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Nilai tersebut semestinya melekat dalam diri seorang guru penggerak, agar mampu menjalankan perannya dengan baik demi mewujudkan visinya, yaitu mewujudkan profil pelajar Pancasila melalui merdeka belajar.

Adapun peran guru penggerak antara lain:

1. Menjadi pemimpin pembelajaran

2. Menggerakkan komunitas praktisi

3. Mendorong kolaborasi antar rekan guru

4. Menjadi coach bagi guru lain

5. Mewujudkan kepemimpinan murid

Dengan modal nilai-nilai guru penggerak yang dimiliki, seorang guru mempunyai tugas "among" (emban) atau "momomg" (mengemban), sebagai pengasuh (fasilitator) yang mempunyai peran mengasuh dan membimbing. Guru hendaknya mencermati garis kodrat kemampuan siswa agar jiwanya merdeka lahir dan batin. Guru mempunyai tugas mulia menuntun kodrat anak tersebut agar mereka dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya

Modul 1.3

Agar terarah, seorang guru harus mengimajinasikan/memimpikan murid dimasa depan seperti apa. Sehingga seorang guru harus memeiliki visi yang jelas. Visi menjadi penunjuk arah yang akan menuntun ke mana guru akan melangkah. Modul 1.3 mempelajari mengenai Visi Guru Penggerak. Bandura menyatakan Visi adalah representasi kognitif mengenai gambaran masa depan. Visi dapat dikatakan sebagai sebuah imajinasi. Einstein mengatakan bahwa imajinasi merupakan tahap kecerdasan yang sebenarnya. Imajinasi menstimulasi adanya kemajuan dan melahirkan evolusi. Dari pemahaman tersebut, visi merupakan hal fundamental yang perlu dimiliki. Visi berbasis pada kekuatan kata untuk menggerakkan hati, menyemangati diri, dan menguatkan diri untuk melangkah maju secara kolaborasi.

Visi seorang guru harusnya sejalan dengan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat, demi terciptanya student wellbeing.

Agar visi dapat terwujud dan terjadi proses perubahan, perlu ada upaya nyata. Managemen yang bisa dipakai adalah dengan paradigma Pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA adalah salah satu cara untuk mewujudkan VISI secara kolaboratif. Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (positif). Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.

Manajemen perubahan yang bisa diterapkan adalah inkuiri apresiatif dengan tahapan BAGJA. Tahapan BAGJA terdiri dari:

1. Buat Pertanyaan

2. Ambil pelajaran

3. Gali mimpi

4. Jabarkan rencana

5. Atur Eksekusi

Kekuatan BAGJA terdapat proses penggalian jawaban pertanyaan yang didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA, dimulai dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan murid, kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci berupa prakarsa perubahan yang muncul dari keresahan. Setelah itu disusunlah pertanyaan-pertanyaan dan rencana-tindakan yang perlu-dilakukan, kemudian merealisasikan hingga mendapatkan suatu temuan (data, cerita, fakta). Temuan itulah yang menjadi dasar untuk menelaah kembali rancangan pertanyaan dan tindakan yang telah dibuat.

Sebagai Contoh:

  • Visi Saya

"Terwujudnya Murid Yang Religius, Berakhlaqul Karimah, Dan Berdaya Saing"

  • Prakarsa Perubahan

"Mengembangkan Kemampuan Problem Solving Pada Murid Agar Mampu Berdaya Saing"

  • Tahapan BAGJA




Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun