Mohon tunggu...
Dr Kasan Mulyono, SS, MM
Dr Kasan Mulyono, SS, MM Mohon Tunggu... -

Mantan wartawan. Mantan humas. Sekarang menggeluti CSR. Doktor Ilmu Ekonomi. Penyuka rujak cingur dan plecing. Penggemar futsal dan badminton. Menulis dan membaca. Arek Jombang. Tinggal di Mataram. Kerja di Sumbawa. Karyawan PTNNT. Pendapat pribadi. Tidak mewakili PTNNT.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Gus Dur, Obama dan Dahlan Iskan

7 Februari 2014   09:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa hubungan ketiga nama besar tersebut? Memang ketiga nama tersebut ada hubungannya dengan kepresidenan. Gus Dur pernah jadi presiden, Obama masih jadi presiden AS dua periode dan Dahlan Iskan tengah mengikuti konvensi calon presiden untuk Partai Demokrat. Namun, tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas soal kepresidenan yang rumit. Tulisan ini hanya ingin menyoroti masalah kualitas pribadi ketiga tokoh tersebut dan talenta mereka dalam menulis, bicara di depan umum dan humor.

Gus Dur

Mendiang Presiden Gus Dur terkenal dengan tulisan-tulisan kolomnya di pelbagai media massa di Indonesia dengan minat yang luas mulai bidang sosial, agama, budaya, politik sampai sepak bola. Karier jurnalistiknya dimulai saat menjadi mahasiswa beasiswa pemerintah RI di Universitas Al Azhar, Mesir. Gus Dur juga pernah menjadi penulis di majalah-majalah ternama di masanya yakni majalah sastra Horizon, Majalah Budaya Jaya dan majalah Prisma (LP3ES). Kolomnya dimuat di Kompas, Duta Masyarakat Baru, Memorandum, Kedaulatan Rakyat dan lainnya.

Gus Dur juga ahli berbicara di depan umum karena pengalaman menjadi guru, aktivis dan kiai. Beliau sering menjadi pembicara di pelbagai seminar. Gaya bicara khas Gus Dur adalah otentik, mudah dipahami, dalam dan lucu. Gus Dur bisa menjelaskan konsep-konsep yang rumit dengan bahasa yang lugas dan mudah dicerna; serta menarik.

Kolom-kolom Gus Dur biasanya bercerita tentang konsep-konsep keislaman yang dikaitkan dengan permasalahan kekinian umat yang disarikan dari dialog-dialog kritis yang beliau lakukan dengan kalangan intelektual maupun pesantren dengan menggunakan rujukan Al Qur’an. Demikian juga pidato beliau. Yang juga menonjol adalah perbendaharaan humor Gus Dur yang sepertinya tiada habisnya. Humor-humor beliau ada yang otentik ramuan beliau dari pengalaman bergaul dengan masyarakat namun ada juga gubahan dari humor-humor internasional yang dipermak sesuai dengan latar dan citarasa Indonesia. Humornya cerdik dan menggelitik. Kadang nakal dan agak berani mentertawakan hal-hal yang sakral.

Obama

Barrack Hussein Obama (52), presiden Amerika Serikat berkulit hitam yang pertama, juga terkenal piawai menulis. Obama mengawali karier jurnalistik juga saat dia kuliah magister hukum di Harvard Law School di mana dia pimpinan redaksi jurnal mahasiswa tersohor Harvard Law Review. Dia menjadi orang kulit berwarna pertama yang menduduki pimred jurnal ini sehingga menjadi perhatian media massa sehingga ia mendapatkan kontrak penulisan buku. Maka terbitlah buku memoar tentang ayahnya yang berjudul Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance yang terbit pada 1995. Keberhasilan buku ini mendatangkan banyak uang bagi Obama dan uang itu digunakan untuk kampanye sebagai senator. Buku keduanya adalah The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream yang dia tulis saat masih menjadi senator. Obama meraih $1,9 juta (sekitar Rp20 miliar) untuk kontrak penulisan buku ini. Bahkan saat sudah menjadi presiden, Obama pada 2008 masih sempat menulis buku cerita anak-anak berjudul Of Thee I Sing: A Letter to My Daughters. Bedanya, semua hasil penjualan buku ini disumbangkan untuk anak-anak tentara Amerika Serikat yang meninggal atau cacat.

Obama juga dikenal jago pidato. Kehebatannya berpidato dan pilihan kata-katanya yang bernas membuatnya dikagumi oleh bukan saja publik Amerika Serikat, namun juga seluruh dunia. Pada kampanye pertama kepresidenannya pada 2008, Obama melakukan pidato di Berlin, Jerman dan dihadiri oleh 200.000 orang. Selain ide-ide besar, Obama juga menyelipkan guyonan dalam pidatonya.

Dahlan Iskan

Dahlan Iskan mengawali karier menulis ketika tinggal dan kuliah di Samarinda, Kaltim sebagai reporter sebuah media lokal dan kemudian sebagai wartawan Tempo. Dahlan belajar jurnalisme dari kursus yang diadakan oleh LP3ES, lembaga di mana Gus Dur terlibat di dalamnya. Karya jurnalistiknya yang menonjol adalah liputan tentang tenggelamnya Kapal Tampomas II pada 1981. Sejak itu Dahlan tidak pernah berhenti menulis, bahkan saat dia sakit, bahkan saat dia sudah menjadi Menteri BUMN.

Karya jurnalistik Dahlan yang fenomenal adalah catatannya tentang pengalamannya menjalani operasi transplantasi hati di China pada 2007 yang dimuat secara bersambung di Jawa Pos dan grup, dan yang kemudian dibukukan dengan judul Ganti Hati. Karya tulisnya yang inspiratif selanjutnya adalah CEO’s Notes yang ditulisnya saat menjabat sebagai Dirut PLN. Dalam tulisan-tulisan ini Dahlan menceritakan segala permasalahan kelistrikan serta upaya-upaya penanganannya. Catatan ini tidak saja menginspirasi karyawan PLN namun juga masyarakat yang perlahan memiliki harapan bahwa masalah kelisrikan bisa diatasi pemerintah dan bahwa rasa putus asa masyarakat karena tidak mendapatkan akses listrik yang memuaskan bisa perlahan terobati.

Beranjak menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan menerbitkan Manufacturing Hope setiap awal pekan, dan kini sudah capai 114 seri. Tulisan ini menceritakan segala sepak terjang kementerian BUMN dalam mengemban amanat untuk di satu sisi menjadi motor penggerak ekonomi nasional dan juga menjadi pendukung penyediaan layanan publik bagi pemerintah; dan di sisi lain, menjadi entitas bisnis yang menguntungkan dan menyumbang deviden bagi negara. Tulisan-tulisan Dahlan yang aspiratif menumbuhkan motivasi, semangat dan harapan baru di tengah skeptisme dan apatisme terhadap arah pembangunan negeri yang terkoyak-koyak dan terkotak-kotak oleh simbol-sombol ideologi dan kepentingan yang saling bertabrakan. Tulisan-tulisan ini seperti memberi pesan bahwa Indonesia ini negeri besar dan dengan kerja keras, kita akan bisa menjadi bangsa yang lebih besar lagi karena itu semua pihak harus bersemangat dan bekerja keras untuk kemajuan negeri.

Dahlan Iskan juga piawai dalam berkomunikasi di depan umum. Ini terlihat tidak saja saat dia menjadi pembicara di pelbagai seminar baik di kalangan pengusaha, kampus maupun di tengah-tengah petani; namun juga saat debat dalam konvensi calon presiden Partai Demokrat yang tengah berlangsung saat ini. Gaya bicara Dahlan mirip Gus Dur; yang jujur dan apa adanya. Tidak diplomatis seperti Obama. Namun, ketiganya memiliki kesamaan, yakni selalu menghadirkan humor di antara pesan-pesan dan pemikiran-pemikiran yang dalam.

Namun, Dahlan Iskan juga kaya akan banyolan. Dia menanggapi masalah-masalah sulit dengan banyolan. Namun kadang ini disalahpahami. Salah satu banyolannya adalah tentang jodoh dan KRL. Katanya, jodoh itu seperti (kereta rel listrik), tidak jalan kalau tidak ada sinyal. “Saya memilih menghadapi dengan humor. Tapi meskipun saya berhumor, masih saja ada yang menanggapinya dengan serius. Sepertinya bukan produksi minyak saja yang butuh kita tingkatkan, tapi selera humor bangsa ini juga perlu ditingkatkan,” ujar Dahlan Iskan.

Kualitas Pribadi

Nah, kesamaan Gus Dur, Obama dan Dahlan Iskan dalam kepiawian menulis dan berbicara di depan publik, serta memiliki selera humor yang baik, adalah kualitas pribadi yang terdiri dari intelektualitas yang tinggi, pengalaman hidup yang kaya, serta pembelajaran yang tiada henti dengan banyak membaca buku dan berdiskusi.

Menurut penulis Willa Cather, kebanyakan bahan dasar yang digarap seorang penulis didapatkannya sebelum ia berusia lima belas tahun. Di sini ada kesamaan antara ketiga figur ini. Masa kecil mereka yang berat namun penuh petualangan, membuat mereka memiliki kaya pengalaman, warna dan imajinasi.

Namun pengalaman saja tentu saja tidak cukup. Perlu kerja keras untuk menjadi penulis yang baik. Orang tidak perlu tahu bahwa Anda harus belajar menulis. Biarkan mereka mengira bahwa Anda memang terlahir sebagai penulis, kata Hemingway. Sementara Edgar Rice Burroghs mengatakan bahwa dia berhasil menjadi penulis karena dia selalu menyadari bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang menulis dan semata terus mencoba untuk menyampaikan cerita secara menawan.

Menulis juga dituntut kedisiplinan karena ada tengat yang harus dipenuhi. Saya menyukai tengat. Saya menyukai suara desisannya saat dia berlalu. Demikian kata Douglas Adams.

Demikian juga halnya kemampuan untuk berbicara di depan umum sangat dipengaruhi oleh intelektualitas, pengalaman dan keterampilan.Kecerdasan yang dibawa dari lahir tentu saja tidak memadai. Perlu didukung dengan pembelajaran yang keras. Seperti kata Socrates, saya tahu bahwa saya cerdas karena saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa. Dengan sikap itu, Socrates terus belajar dan menjadi pemikir besar. Selaras dengan yang dikatakan oleh sang jenius Albert Einstein, bukan karena saya begitu cerdik, namun karena saya bertahan lebih lama untuk memikirkan permasalahan-permasalahan yang ada.

Tentu saja untuk menjadi pembicara yang hebat perlu kerja keras dan persiapan-persiapan. Seperti kata Dale Carnegie, hanya pembicara yang telah menyiapkan diri dengan baik yang bisa percaya diri.

Sedangkan untuk memiliki selera humor yang baik, juga diperlukan intelektualitas yang tinggi. Seperti dikatakan Jensen (1998), kemampuan seseorang untuk menghasilkan dan memehami humor merupakan buktiintelektual dasarnya.

Nah, dengan modal keahlian dalam menulis, pidato dan humor, bagi Gus Dur, Obama dan Dahlan Iskan, merupakan bahan dasar komunikasi yang penting untuk masuk ke gelanggang politik yang hirup pikuk dan brutal. Sejarah telah mencatat Gus Dur dan Obama sukses menjadi presiden dengan modal itu. Sekarang, mari kita tunggu dan lihat apakah Dahlan Iskan bisa berhasil menjadi presiden dengan memiliki modal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun