Mohon tunggu...
karunia ratna
karunia ratna Mohon Tunggu... -

depok.yogyakarta.indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Inikah Akhirnya?

8 Maret 2015   16:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“oh, selamat Brian atas keberhasilanmu. Aku turut bahagia. Aku harus pulang.” Ucapku sambil membereskan barang-barang.

“okkay, hati-hati anak manja..”

Aku hanya tersenyum kecut membalas perkataan Brian. Secepat itukah dia pergi dariku. Ini mimpikah?

Sepanjang jalan nampak rinik hujan yang mengiringi kesedihan. Tak terasa air mata mengalir meluncur dengan derasnya seperti hujan yang turut serta. Aku berteduh di bawah jembatan. Tempat favorit kita berdua. Aku duduk pada pang-pangnya. Menatap gambar itu, berisi tulisanmu yang tertuliskan nama kita berdua. Kenangan ini seperti ingin membunuhku, mencekikku lewat memori-memori yang timbul dimana selalu ada kita bersama. Hanya dingin yang memeluk erat. Aku ingin pulang.

Pukul 7 malam aku baru bisa mendaratkan tasku pada tempatnya. Sesampainya di rumah aku langsung mandi. Membersihkan badanku yang basah kuyup sehabis menari dengan hujan. Selesai mandi aku tatap diriku pada cermin. Hanya terlihat aku dan mata ku yang bengak karena terlalu menangisi kepergianmu.

“ sudak kita akhiri cerita kita kah? Sudah diakhiri kisah kita kah? Sudah diakhiri juga petualangan hati?”

Kini berakhir sudah rasa penantianku olehmu. Terjawab juga teka-teki kemana kamu pergi. Hmm.. sambil menghela nafasku aku katakan:

“terimakasih Brian untuk rasa tak bertuan ini, terimakasih juga untuk pengalaman terbaik. Sebagaimana cinta ini muncul. Tak perlu aku menyalahkan cinta atau kamu. Ini aku. Diriku. Cinta serta hati. Aku berjanji akan menjaga cinta sekuat-kuatnya.”

Segera aku rapikan rambutku, aku rapikan badanku dengan baju hangat yang menjauhkan dari rasa dinggin yang menyelinap. Aku tersenyum menatap diriku sendiri. Kini cerita yang selalu aku bangakan itu telah berakhir.

Keluarnya aku dari kamar mandi, mataku langsung tersudut pada lukisanmu. Dia masih tertata rapi disana, didepan kasur indahku. Kutatap nanar lukisan itu.

“tenang Laras, ini akan baik-baik saja. Semua ini sudah berakhir, dan aku harus melupakannya karena dia milik orang lain. Percayalah kamu akan baik-baik saja.” Ucapku pada diri sendiri. Aku turunkan lukisanku dari tempatnya. Masih terbaca jelas tulisanmu dibelakang lukisan wajahku itu : untukmu wanita perkasa, yang selalu aku rindukan keberadaannya. Always love you.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun