“Brian, jawab dulu pertanyaanku, kamu dari mana saja?”
“iya iya nona manja. Aku akan bercerita kemana saja kepergianku selama ini. Aku terbang ke Amerika mengejar mimpiku.”
“Mimpi?”
“iya, ada seorang pengusaha besar yang memberiku kesempatan untuk memamerkan seluruh koleksiku. Langsung saja aku terima dan aku langsung berangkat kesana” Ucapnya sambil tersenyum menghapus air mataku.
“tak bisakah juga kau mengabariku? Setidaknya ucap perpisahan agar tak buat aku khawatir?”
Tiba-tiba dari arah belakangmu muncul seorang wanita yang memangilmu. Dia nampak hangat dan segar. Wanita sempurna seperti dalam bayangmu dulu.
“Laras, aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang. Dia seperti bidadari surga yang ingin menjagaku.”
Wanita itu mendekat. Kau merangkul pundaknya.
“ini Widia, kekasihku. Kami bertemu sewaktu aku di Amerika. Dia juga sedang studi disana. Kami bertukar pendapat dan ternyata kami punya kesamaan yang sama : melukis.” Ucapmu memperkenalkan padaku.
“Amerika? Kekasihmu?” ucapku lirih.
Dia seperti keturunan padang. Nampak jelas goresan ketangguhan dalam senapak alisnya. Matanya yang berbinar hanggat mungkin yang membuatmu jatuh cinta. Dia lembut dan menyejukkan. Pantas kamu suka padanya.