Mohon tunggu...
Karunia Nurma
Karunia Nurma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sofa Tua

30 Agustus 2017   18:01 Diperbarui: 30 Agustus 2017   19:02 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak ingin kau dengar 

dengan telingamu yang tuli dilanda emosi

Aku tidak pula ingin mendengar

ocehanmu saat sensi

Jika kamu marah

Pikiranmu gundah

dan Hatimu resah

Setidaknya tak usah kau bentak-bentak

Hidup kita ini susah

Jangan kau tambah dengan memikirkan yang sudah

Dari emosi, tak akan pula dapati solusi

Jika tak bisa diam

Jangan pula geram dengan membanting pintu

Pergilah ke air dan biarkan marahmu mengalir

Disembuh dari wudhu, pesan Rasul padamu

Jangan kau dekati aku dengan muka masam lesu begitu

Pergilah ke kamar, sungkurkan wajahmu ke bantal

Aku akan matikan lampu biar dingin hatimu tenang

Aku tidur di depan televisi

Di sofa yang sudah tak lagi berisi

Sejak lama tak diganti

Sofa sudah tipis menjadi saksi

Waktu antara kita bermesra maupun saling murka 

Seperti saat ini

Jika sofa saja bisa diam

menjadi pendengar tanpa telinga

menjadi saksi tanpa mata

ia tak akan bocorkan rahasia

Kisah kita hingga tua

Kehidupan ini laksana rimba

yang rindang namun juga penuh bala

Jika tak berdua, dengan siapa aku lewati 

Gelap dan sepinya belantara

Tentang air curah yang curam 

atau pohon besar yang tumbang

Dihinggapi laba-laba dan bunga-bunga di antara

Daun-daun jatuh, ranting-ranting runtuh

Tanah basah dan hujan mengguyur

Tentu aku tak mau sendiri

Tak juga meminta banyak, cukup satu, kau ada

Hidup ini sudah pasti usainya

Tentang kita yang jodoh hingga tutup usia

Sebuah doa jadi wirid bersama

sepanjang jalan pernikahan

Tangerang, Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun