Mohon tunggu...
Karunia Nafisah
Karunia Nafisah Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Kiai Haji Ahmad Siddiq

Saya seorang mahasiswa dari salah satu universitas dalam negri. Saya tertarik dalam bidang pendidikan yang merupakan program studi saya. Selain itu saya juga tertarik dalam bidang desain grafis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Koperatif dan Kolaboratif

8 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 10 Juni 2024   08:25 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Peserta didik digolongkan kedalam beberapa kelompok yang kemampuan berpikirnya berbeda-beda dari golongan tingkat tinggi hingga golongan tingkat rendah.
  • Para anggota kelompok saling berinteraksi untuk menyampaikan ide atau gagasannya masing-masing.
  • Setiap individu dalam kelompok memiliki peranan penting untuk bisa sampai pada tujuannya bersama dan harus memiliki tangung jawab terhadap dirinya dan anggota kelompok yang lain.

Guru berperan sebagai fasilitator yang memimpin dan mengawasi proses pembelajaran.                                                                                                                                                    

 2. Collaborative Learning              

    Ada beberapa ciri yang menunjukkan bahwa suatu pembelajaran disebut sebagai collaborative learning yaitu :

  • Peserta didik memiliki tujuan bersama (common goal)
  • Pembelajaran dipusatkan pada para pelajar (learner centric) dimana para pelajar memiliki tanggung jawab atas dirinya dan anggotanya untuk bisa memahami apa yang menjadi tujuan pembelajarannya.
  • Pelajar harus menyusun kerangka pengetahuannya sendiri. Dalam artian setiap pelajar bertanggung jawab untuk mempelajari apa yang ia butuhkan dan melakukan pada pembelajarannya.
  • Pembelajaran bukan hanya tentang mengirimkan pengetahuan kepada orang lain, namun pembelajaran juga mengharuskan peserta didiknya untuk terlibat dalam pengaturan kelompok.
  • Pembelajaran mengedepankan kurikulum sebagai alat pembelajaran, materi dan sumber, kurikulum dianggap sebagai suatu rencana dan patokan yang akan mengatur tujuan, isi, dan bahan pelajaran hingga metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Tipe Pembelajaran Cooperatif Learning dan Collaborative Learning

Pembelajaran koperatif dan kolaboratif tidak bergantung hanya pada satu cara. Pembelajaran ini memiliki beberapa cara yang terdiri dari :

  • Jigsaw : Tipe jigsaw dalam pembelajaran ini hampir sama dengan tipe pembelajaran lain pada umumnya yaitu dengan mengelompokkan peserta didik kedalam beberapa kelompok. Setiap individu dalam kelompok tersebut akan bertugas mempelajari suatu aspek yang telah disepakati bersama. Setelah mendalami materi dari aspek masing-masing, setiap individu akan berkumpul dengan peserta kelompok lain dalam satu aspek untuk mendiskusikan lebih lanjut terhadap apa yang mereka pelajari. Kemudian individu tersebut akan kembali pada kelompok awal untuk menyalurkan materi pembelajaran dari aspek yang sebelumnya telah ia kuasai kepada anggotanya yang lain. Disinilah tempat bertemunya pendapat dari masing-masing anggota kelompok yang saling mengemukakan pembahasan dari aspek yang dipelajari masing-masing. Terakhir, dosen atau guru yang bertugas sebagai fasilitator akan memberikan tes yang membahas semua materi dari aspek yang berbeda-beda tersebut.
  • Think-Pair-Share (TPS) : Dalam tipe ini, setiap individu diharuskan untuk memahami penuh terhadap pertanyaan yang diajukan pada mereka. Selanjutnya pertanyaan tersebut akan didiskusikan bersama pasangannya untuk mendapat jawaban yang tepat dan akan diajukan kepada dosen atau guru yang memberikan pertanyaan.
  • Think-Pair-Check (TPC) : Sedikit berbeda dari tipe sebelumnya, dalam tipe ini setiap anggota kelompok lebih ditekankan untuk saling mengecek dan menanggapi jawaban dari pasangan kelompok mereka.
  • Think-Pair-Write (TPW) : Masih dalam satu pengertian yang sama dengan kedua tipe sebelumnya, hanya saja penekanan dalam tipe ini terdapat dalam proses penulisan. Setelah mereka selesai berdiskusi dengan pasangannya mereka harus menuliskan kembali hasil dari diskusi yang telah dilakukan.
  • Two Stay Two Stray (TSTS) : Model koperatif tipe ini sama halnya dengan tipe jigsaw, hanya saja jumlah peserta dalam tipe ini bisa divariasikan sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Misalnya, sebuah kelompok yang beranggotakan empat orang, disepakati bahwa dua orang akan menetap dikelompok dan dua orang akan berpencar ke kelompok lain (two stay two stray) untuk saling bertukar informasi terhadap materi yang mereka pelajari.
  • Group Investigation (GI) : Tipe pembelajaran kolaboratif ini adalah tipe yang paling sulit diterapkan. Karena dalam tipe ini peserta didik akan sepenuhnya dilibatkan dari awal menentukan topik hingga akhir tugas selesai. Sedangkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Tipe ini hanya bisa diterapkan pada bangku kelas tinggi karena memerlukan cara berpikir yang tinggi untuk menyelesaikannya.
  • STAD (Student Team Achievement Division) : Dalam tipe koperatif ini, peserta didik akan dibagi pada beberapa kelompok yang lebih kecil yang disebut sebagai tim. Seluruh tim akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan materi. Lalu pendidik akan memberikan tes pada setiap individu. Akan tetapi hasil nilai dari setiap individu akan digabungkan pada nilai tim sehingga perlu adanya tanggung jawab pada setiap individu untuk menyukseskan seluruh anggota tim.
  • TAI (Team Assisted Individualization) : Tipe pembelajaran kolaboratif ini mengkombinasikan antara pembelajaran kelompok dan pembelajaran individual. Peserta didik akan dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan akademik yang ada pada dirinya. Lalu pendidik sebagai mediator akan memberikan tes secara berkala kepada setiap individu. Jika individu itu dikatakan mampu menyelesaikan tes tersebut, maka individu tersebut akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
  • Round Table : Dalam tipe pembelajaran round table ini, peserta didik akan berkumpul bersama anggota kelompoknya masing-masing. Selanjutnya, pendidik yang bertugas sebagai mediator memberi beberapa pertanyaan pada setiap individu dalam kelompok secara bergantian sesuai dengan pendapat mereka masing-masing. 
  • Reverse Jigsaw : Pengertian dari reverse jigsaw sendiri adalah tipe yang berbanding terbalik dengan pemeblajaran kolaboratif pada tipe jigsaw. Jika dalam metode jigsaw setiap peserta akan menjelaskan aspek yang dipelajari pada kelompoknya saja, dalam tipe ini setiap peserta akan menjelaskan aspek yang dipelajari pada seluruh anggota kelas.
  • NHT (Numbered Heads Together) / Kepala Bernomor Bersama : Dalam pembelajaran tipe ini setiap peserta didik akan memegang nomor yang telah ditentukan oleh pendidik sebelumnya. Satu nomor yang sama akan berisikan beberapa orang. Selanjutnya pendidik akan meberikan pertanyaan kepada seluruh anggota kelas. Jika pertanyaan sudah terjawab pendidik akan memilih angka sesuai kehendaknya dan meminta setiap peserta yang mempunyai angka tersebut untuk mengulangi jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan.
  • TGT (Team Game Tournament) : Pembelajaran koperatif tipe ini tidak jauh berbeda dengan pembelajran koperatif tipe STAD. Hanya saja dalam tipe ini, tes yang akan diberikan oleh pendidik digantikan dengan kuis mingguan. Seluruh anggota kelompok akan saling berkompetisi dengan anggota kelompok lain untuk bisa menjawab kuis yang diberikan agar bisa menyumbang poin untuk kelompok mereka.
  • Three Step Interview (Wawancara Tiga Langkah) : Seperti nama dari tipe ini, pembelajaran akan dilakukan dalamtiga langkah. Langkah yang pertama, pendidik akan memberikan sebuah pertanyaan dari sebuah permasalahan. Langkah yang kedua, setiap peserta didik bersama pasangannya akan bertugas menjadi pewawancara dan narasumber. Langkah yang ketiga, setiap pasangan akan bertukar peran yang diawal menjadi pewawancara akan bertukar peran menjadi narasumber dan sebaliknya. Setelah bermain peran selesai setiap peserta akan menyampaikan hasil dari wawancara tersebut dihadapan seluruh anggota kelas.
  • Three Minute Review : Pembelajaran kolaboratif tipe ini berlangsung ditengah-tengah presentasi dilaksanakan. Misalnya, dalam sebuah presentasi yang akan memaparkan empat permasalahan, guru sebagai fasilitator akan menghentikan presentasi pada setiap bab permasalahan yang dibahas. Ketika presentasi dihentikan, guru akan mengajak seluruh peserta didiknya dalam mereview kembali semua yang telah dibahas atau guru akan memberi waktu pada peserta didiknya untuk bertanya akan permasalahan yang baru saja dibahas.
  • Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik) : Dalam pembelajaran kolaboratif tipe ini, setiap individu akan dipasangkan dengan teman sebayanya. Setiap pasangan akan disuguhkan sebuah teks dan secara bergantian mereka akan mebacakan teks tersebut dan mengajukan pertanyaan. Dari pertanyaan tersebutlah peserta didik belajar cara untuk menaggapi, memberi solusi dan menyimpulkan sebuah permasalahan.
  • The Williams : Tipe pembelajaran kolaboratif ini hamper sama dengan tipe lain yang mengharuskan pesertanya untuk membentuk kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya pendidik akan memberikan pertanyaan yang berbeda-beda pada setiap kelompok sesuai dengan pembahasan yang sedang dipelajari. Lalu kelompok-kelompok kecil tersebut akan menyalurkan hasil dari pertanyaan yang telah didiskusikan kepada seluruh anggota kelas.
  • Tea Party (Pesta Minum Teh) : Dalam proses pembelajaran kolaboratif tipe ini, seluruh peserta akan duduk di sebuah meja panjang yang saling berhadapan seperti dalam sebuah pesta minum teh. Lalu guru akan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang sedang dibahas dan setiap individu akan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan tersebut bersama orang yang ada dihadapannya. Setelah beberapa menit akan diadakan pergantian pasangan dan proses pembelajaran dilakukan seperti sebelumnya hingga pertanyaan dari guru usai.
  • Snowball Throwing : Pembelajaran kolaboratif satu ini merupakan pembelajaran yang dikemas dalam sebuah game. Snowball memiliki arti bola salju, sedangkan throwing yang berarti melempar. Snowball throwing termasuk pembelajaran yang dimana didalamnya setiap individu dalam kelompok akan mengajukan pertanyaan sambil melempar bola kertas buatan kepada teman kelompok lainnya. Orang yang menangkap bola buatan tersebutlah yang akan bertugas menjawab pertanyaan yang diajukan. Begitupun seterusnya secara bergantian.

Perbedaan Cooperatif Learning dan Collaborative Learning

Secara tersurat cooperatif learning dan collaborative learning terlihat sama, namun jika diteliti lebih dalam kedua pembelajaran ini tentu saja memiliki perbedaan. Baik dalam pengimplementasiannya maupun dari asal usul pembelajaran itu sendiri. Beberapa tokoh seperti P. Dillenbourg, B.L. Smith dan J.T. Macgregor juga memiliki pendapat masing-masing terhadap perbedaan kedua pembelajaran ini. Dari beberapa tokoh tersebut perbedaan yang terlihat dari cooperatif learning dan collaborative learning yaitu :

  • Sejarah : Dalam sejarah disebutkan bahwa pembelajaran kolaboratif berasal dari Inggris dan negara-negara anggotanya yang lain, sedangkan pembelajaran koperatif berasal dari Amerika Serikat.
  • Filosofis : Pembelajaran kolaboratif memusatkan pada kolaborasi belajar antara dua tingkatan kelompok yang berbeda, sedangkan pembelajaran koperatif menekankan pada kerja sama antar sesame individu.
  • Formalitas : Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung dalam kegiatan pembelajaran formal,nonformal dan informal, sedangkan pembelajaran koperatif kebanyakan berlangsung secara formal.
  • Struktur Pembelajaran : Pembelajaran kolaboratif berlangsung lebih santai sedangkan koperatif terkesan lebih ketat dan terstruktur.
  • Partisipan : Pembelajaran kolaboratif bisa dilakukan dengan siapa saja baik dalam satu lingkup instansi yang sama ataupun berbeda instansi, sedangkan koperatif memiliki ruang lingkup yang lebih kecil hanya dilakukan dalam kelas yang sama

Implementasi Cooperatif Learning dan Collaborative Learning

Penerapan pembelajaran kooperatif dan kolaboratif memerlukan lingkungan kelas yang sesuai dan mendukung terwujudnya tujuan baik. Dalam pengimplementasian kedua pembelajaran ini dibutuhkan lebih banyak diskusi dan komunikasi daripada berpikir mandiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam situasi seperti ini, kerja sama termasuk teknik dalam menumbuhkan sifat saling menghormati terhadap kontribusi sesama anggota kelompoknya. Kedua pembelajaran ini menjadi perantara untuk mengasah dan meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan siswa dalam bersosial, karena selain belajar ilmu pengetahuan akan diajarkan cara berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain dalam lingkungan baik dan positif. Dibutuhkan beberapa langkah pembelajaran untuk bisa mencapai tujuan belajar yang baik. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah :

1. Menyiapkan Peserta Didik dan Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Langkah pertama yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran adalah menyiapkan peserta didik dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru harus memastikan bahwa peserta didik memahami tujuan dan sifat dari materi yang akan dipelajari.

2. Menyajikan Informasi Terkait Materi atau Skenario Pembelajaran

Selanjutnya adalah menyajikan informasi terkait materi atau skenario pembelajaran. Guru harus memberikan informasi yang relevan dan memungkinkan peserta didik untuk memahami konsep yang akan dipelajari.

3. Mengorganisir Peserta Didik Ke Dalam Kelompok Belajar

Pendidik harus mengorganisir peserta didik untuk masuk dalam beberapa kelompok yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kelompok ini harus beranggotakan dari yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda untuk memungkinkan interaksi yang lebih efektif.

4. Memonitor dan Membantu Peserta Didik Dalam Kelompok Belajar

Pendidik harus memonitor dan membantu peserta didik dalam setiap kelompok belajar. Pendidik dapat membantu dan menyarankan apa yang diperlukan untuk memastikan bahwa peserta didik dapat memahami pelajaran dengan baik hingga mencapai tujuan pembelajaran.

5. Mengevaluasi Peserta Didik

Pendidik harus mengevaluasi peserta didik secara teratur untuk memastikan bahwa mereka mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi ini bisa dilakukan dengan berbagai metode, seperti tes, diskusi, dan presentasi.

6. Memberikan Penghargaan

Terakhir adalah memberikan penghargaan kepada peserta didik yang telah mencapai tujuan pembelajaran. Penghargaan ini dapat berupa pujian, hadiah, atau pengakuan yang lain.

Manfaat Cooperatif Learning dan Collaborative Learning

Setiap pembelajaran pasti memiliki manfaat yang berguna untuk meningkatkan mutu dan kualitas siswanya. Seperti dalam kedua pembelajaran ini banyak manfaat yang bisa diambil yaitu :

  • Pembelajaran ini berguna untuk pengembangan keterampilan berpikir siswa agar mencapai tahap paling tinggi.
  • Sebagai tempat membangun interaksi yang lebih baik antara murid dan guru.
  • Menguatkan daya ingat siswa.
  • Sebagai wadah penyedia pengalaman baru bagi murid.
  • Memperkokoh kepercayaan diri setiap siswa.
  • Menciptakan dan memperbaiki hubungan para siswa di kelas.
  • Menyiapkan para pemimpin dari berbagai kalangan.
  • Mengembangkan kecakapan dalam berbicara.
  • Membangun interaksi positif tanpa membedakan ras, suku ,agama dan perbedaan lainnya.
  • Menghidupkan suasana pembelajaran dengan adanya interaksi antar individu, kelompok dan murid kepada guru.
  • Memperkokoh rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya dalam tim untuk menyelesaikan tugas bersama.
  • Memperluas pemahaman tentang perbedaan dalam hal apapun.
  • Menumbuhkan pemikiran siswa untuk lebih kritis dan realistis dalam proses diskusi dan debat.
  • Mengendalikan emosional diri selama pembelajaran berlangsung.
  • Membangun kerja sama yang kuat antar tim.
  • Mengetahui cara mengkritik sebuah gagasan dengan baik tanpa menjatuhkan orang atau tim.
  • Meningkatkan hasil dan kinerja siswa terhadap pembelajaran.
  • Melatih siswa untuk memandang sebuah permasalahan dari berbagai aspek dan sudut yang berbeda.
  • Meningkatkan hubungan social yang lebih baik.
  • Menerapkan banyak gaya pembelajaran yang berbeda.
  • Melahirkan inovasi-inovasi teknik pembelajaran baru yang menyenangkan.
  • Praktik pembelajaran ini dapat ditemukan dan diaplikasikan di dunia nyata.
  • Mengembangkan keterampilan kepemimpinan siswa.

Selain yang disebutkan diatas, masih banyak manfaat dari pembelajaran ini yang dapat kita ambil dan direalisasikan dalam dunia nyata. Semua sesuai dengan bagaimana kita menyikapi dan menanggapi proses pembelajaran yang ada. Jika kita banyak belajar dari proses tersebut maka manfaat yang dihasilkan akan lebih banyak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun