Mohon tunggu...
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Mohon Tunggu... Bidan - Bidan, Penulis, Blogger

Seorang tenaga kesehatan yang suka menulis dan belajar hal-hal baru. Rekam jejak di www.karuniasambas.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Edukasi Isi Tabu Tak Lagi Abu-Abu

27 Agustus 2024   01:10 Diperbarui: 31 Agustus 2024   15:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tenggara menggunakan International Technical Guidelines untuk pendidikan seksualitas komprehensif yang dikeluarkan UNFPA (United Nations Population Fund). Dengan cara ini, pendidikan diberikan sesuai jenjang usia dan kebutuhan.

Misalnya anak dijelaskan tentang fungsi, nama dan cara merawat organ reproduksinya. Lalu pengetahuan ini ditingkatkan pada penjelasan mengenai pubertas, kehamilan, relasi, dll.


“Edukasi seksual itu seperti segitiga yang setiap sudutnya adalah anak/remaja, orang tua/pendamping, dan guru.”


Anak mendapatkan edukasi lalu dibawa pulang. Namun jika orang tua/pendamping tidak mendukung, obrolan selanjutnya di rumah tidak akan berkelanjutan.

Bacarita Kespro, Ruang Nyaman Pemulihan

sumber: @tenggarantt
sumber: @tenggarantt

Kelahiran Bacarita Kespro lahir dari Nusa Tenggara Timur didorong fakta bahwa remaja di sana tidak punya ruang yang cukup untuk berbagi cerita dan ruang yang aman untuk melakukan pemulihan.

Selain itu adanya keresahan lain karena teman perempuan masih menggunakan pembalut dari koran dan kardus bekas sebagai pembalut.


"Rumah dan sekolah harus memberikan akses lebih baik untuk teman-teman remaja."


Pada 2016 komunitas Tenggara dengan program Bacarita Kespro yang diambil dari bahasa Melayu Kupang berusaha memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak remaja dengan metode pembelajaran inovatif seperti mendongeng, permainan edukasi dan penggunaan alat peraga.

Target program ini adalah remaja yang berasal dari kelompok poor, marginal, social excluded, dan underserved (PMSEU).

Ya, edukasi yang bisa jadi terkesan penuh materi berat ini bisa dilakukan dengan cara menyenangkan karena sesungguhnya materi di dalamnya bukan bercerita tentang hal tabu atau pornografi.

Cita-Cita Tata Selanjutnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun