Mohon tunggu...
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Mohon Tunggu... Bidan - Bidan, Penulis, Blogger

Seorang tenaga kesehatan yang suka menulis dan belajar hal-hal baru. Rekam jejak di www.karuniasambas.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Edukasi Isi Tabu Tak Lagi Abu-Abu

27 Agustus 2024   01:10 Diperbarui: 31 Agustus 2024   15:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Menurut wanita asal Kupang selaku founder Tenggara Youth Community, pendidikan seksualitas komprehensif berawal dari lingkungan keluarga punya dampak baik dan luas bagi remaja.

Pendidikan seksual bukan hanya tentang bentuk dan fungsi organ reproduksi, tetapi juga bagaimana remaja mendapatkan pendidikan seksual komprehensif. Mereka sadar hak tubuh, punya pilihan atas tubuh, dan lebih respect pada tubuh mereka perubahan seksualitas dan reproduksi yang dialami orang lain.

Belum lagi banyak kasus kekerasan seksual, diskriminasi berbasis gender yang sebenarnya jika remaja mendapatkan pendidikan seksualitas yang komprehensif itu bisa dihindari.


“Kita mungkin bisa hidup lebih aman dan tenteram.”


Tenggara hadir untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi teman remaja lewat pendidikan seksualitas.

Saat Tenggara melakukan uji pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja Kupang 2017 pada 500 remaja sekolah dan 60 remaja pasar didapatkan hasil 6 dari 10 remaja putri paham dengan benar makna kesehatan reproduksi dan 4 dari 10 remaja laki-laki tahu tentang kesehatan reproduksi. Namun dalam pelaksanaannya mereka belum mengetahui akses ketika mengalami perubahan terkait reproduksi pada tubuh mereka.


“Mereka mengalami gatal di area kemaluan, gejala IMS, tetapi memilih pengobatan tradisional atau dibiarkan begitu saja.”


Tenggara juga menemukan fakta bahwa 7 dari 10 remaja sudah aktif secara seksual. Aktivitas seksual itu pertama kali dimulai di usia SMP dan dilakukan di rumah dan kos-kosan!

Miris! Karena selama ini rumah dianggap sebagai tempat nomor satu anak-anak mendapatkan keamanan dan kenyamanan, tetapi kenyataannya hasil survei Tenggara malah sebaliknya.

Orang tua-orang tua di kawasan timur Indonesia juga menganggap tabu untuk membicarakan hal seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi, sehingga anak tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup.

Apa yang Tenggara Lakukan?

Tenggara melancarkan edukasi dengan menciptakan metode yang menyenangkan dan komunikasi dua arah, meriset target edukasi, usia, jumlah, apakah sudah terpapar isu seksualitas atau belum, lantas ditentukan metode edukasi seperti apa yang tepat. Tak lupa juga melibatkan orangtua dan pendamping demi kelancaran edukasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun