Hari itu Tata dan beberapa orang rekan komunitasnya sedang menyusuri jalanan. Entah apa mulanya sehingga hatinya seolah tergerak memperhatikan seorang remaja yang sedang terduduk lesu di teras rumahnya.
“Adik sedang apa? Mengapa tampak bersedih?” tanya Tata empati.
Remaja perempuan itu tak langsung menjawab. Ia memperhatikan Tata lebih dalam. Namun adegan itu tak berlangsung lama karena beberapa waktu kemudian seseorang memanggil namanya.
Remaja itu berbalik badan menuju sumber suara.
“Saya, Bu!” jawabnya.
Tata menghela napas dan bersiap pergi sampai akhirnya ekor matanya menangkap pemandangan yang tak biasa.
“Ada ujung koran kusam yang mengintip dari bagian belakang celana pendek remaja itu. Dan, ada noda merah mirip darah menstruasi melekat di celana berwarna cerahnya.”
Tata dan rekannya melanjutkan perjalanan. Namun beragam pertanyaan masih terus mengikuti keduanya.
“Mungkinkah ia menggunakan koran kusam untuk menekan laju perdarahan?” duga Tata dengan dahi berkerut seolah masih belum meyakini hipotesisnya.
Sesampainya di kediaman, Tata terlihat antusias mencari sumber literatur dan ia menemukan fakta mencengangkan.
“Benar bahwa literasi kesehatan reproduksi masyarakat, khususnya remaja di sana, masih sangat minim. Remaja tidak sadar mereka berada dalam lingkungan berbahaya.”