KARTINI- Dalam proses perkuliahan akan selalu ditemukan dosen yang tidak profesional & pastinya tidak disukai oleh mahasiswa. Karena, dosen yang seperti ini dapat menghambat proses dalam menuntut ilmu.
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara penulis terhadap mahasiswa. Dari berbagai macam program studi dalam satu Kampus. Ada beberapa tipe dosen yang tidak disukai oleh mahasiswa. Disebabkan karena tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Apa saja tipenya, simak penjelasan berikut ini:
1. Terlalu Banyak Menuntut
Artinya, cenderung menginginkan kesempurnaan dari mahasiswa & menginginkan agar mahasiswa bisa mengikuti juga memahami apa yang diinginkan. Padahal ada yang lebih baik dari menuntut yaitu dengan memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswa.
2. Tidak Ada Toleransi
Artinya, cenderung egois & kurang memahami keadaan mahasiswa. Kecuali, sudah diberikan toleransi & mahasiswa tetap melanggar maka dosen bisa bersikap tegas.
Di samping itu, seorang dosen juga harus memberikan toleransi diluar batasnya jika mahasiswa memberikan sebuah penjelasan yang logis & sifatnya darurat.
3. Tidak Ada Sikap Menghargai & Cenderung Meremehkan Mahasiswa
Artinya, cenderung kurang menghargai & meremehkan mahasiswa. Tipe seperti ini biasanya menyamakan kemampuan dirinya dengan mahasiswa. Jadi, jika tidak sesuai maka akan kurang dihargai & cenderung akan diremehkan.
Sebaiknya jika ingin sempurna dan memiliki kemampuan yang sama, maka mengajar lah pada yang setara yaitu sesama dosen.
4. Tidak Profesional Dalam Memberikan Nilai
Artinya, tidak menghargai usaha mahasiswa dalam perkuliahan & hanya menilai sebatas kemampuan akademik saja. Ciri-ciri dosen yang tidak profesional dalam memberikan nilai, yakni:
- Walaupun mahasiswa sudah melakukan yang terbaik, tetap saja nilainya standar. Atau yang biasa disebut dengan pelit nilai.
- Menilai hanya dari kemampuan akademik mahasiswa/fokusnya hanya pada akademik.
- Menilai sesuai dengan keinginannya.
- Menyamaratakan nilai antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya. Terkesan kurang adil, karena mahasiswa yang aktif hampir sama nilainya dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam perkuliahan.
- Menilai hanya lewat hasil tugas, UTS, & UAS. Padahal ada yang lebih penting dari ini yaitu adanya sifat kejujuran dalam mengerjakan nya. Bukti agar kejujuran itu terlihat adalah dengan tidak memberikan tugas berupa karya tulis ilmiah atau hal apapun yang ada kaitannya dengan jasa joki ilmiah/jasa joki tugas.
Sebaiknya dalam hal penilaian diimbangi dengan nilai akademik, kejujuran, kesungguhannya dalam menuntut ilmu, akhlak & adab, dan tidak terlalu fokus pada angka sebagai tolak ukurnya. Seperti contohnya, jika terlalu fokus pada angka; Kalau jawabannya begini, berarti nilainya tinggi.
5. Sensitif
Artinya, sedikit-sedikit mengancam nilai. Jika ada hal-hal yang tidak disukainya.
6. Sulit Untuk Dihubungi
Artinya, sangat menyulitkan mahasiswa & cenderung kurang memahami dalam memprioritaskan hal yang penting.
7. Tidak Ada Tanggung Jawab & Kedisiplinan
Artinya, jarang mengajar atau bahkan tidak sama sekali & tidak disiplin dalam hal waktu mengajar (Baik yang datang tidak on time atau selesai nya melebihi jadwal yang ditentukan bisa juga mengurangi jadwalnya. Kecuali, sudah menjadi kesepakatan bersama terkait hal ini).
8. Perubahan Jadwal Yang Mendadak
Artinya, perubahan jadwal yang tiba-tiba & tidak dikomunikasikan dari jauh-jauh hari atau beberapa jamnya. Karena, keadaan mahasiswa berbeda-beda. Jadi, lebih baik dikondisikan & dikomunikasikan dengan baik.
9. Terlalu Serius
Artinya, dalam menjelaskan terlalu serius sehingga mahasiswa cenderung bosan & bisa juga tegang. Jadi, kurang bisa mencairkan suasana.
10. Mendiamkan Mahasiswa
Artinya, dalam berdiskusi terkhusus kelompok. Disaat selesai presentasi & mulai mencari jawaban, sebaiknya seorang dosen berinisiatif untuk menjelaskan terkait materi yang akan disampaikan. Jangan mendiamkan mahasiswa & jangan hanya berbicara pada saat selesai berdiskusi.
11. Tidak Ada Ilmu Yang Disampaikan
Artinya, cenderung diam & santai juga menuntut mahasiswa untuk aktif.
12. Terlalu Ribet
Artinya, cenderung banyak peraturan & ketentuan. Baik dari sistem pembelajaran maupun tugas. Selain itu tidak adanya penjelasan yang detail terkait keduanya.
13. Menyampaikan Sebuah Ilmu Dengan Panjang Lebar Dan Menggunakan Bahasa Yang Sulit Untuk Dipahami
Artinya, cenderung berbelit-belit dalam menyampaikan. Sebenarnya yang diinginkan oleh mahasiswa hanya penjelasan yang simpel dengan bahasa yang sederhana & diberikan contoh yang sederhana juga.
14. Terlalu Cepat Dalam Menjelaskan
Artinya, cenderung sulit untuk dipahami mahasiswa karena terlalu cepat dalam menjelaskan.
15. Cenderung Menyalahkan Mahasiswa
Artinya, sering menyalahkan mahasiswa tanpa ingin mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi & cenderung tidak ingin disalahkan.
16. Pelit Terhadap Ilmu
Artinya, cenderung menginginkan mahasiswa untuk tidak bertanya & harus paham dengan sebuah ilmu. Tipe seperti ini cenderung sangat menginginkan mahasiswa untuk mandiri. Tetapi dapat berefek negatif, jika pelit nya secara terus menerus.
Padahal sejatinya mahasiswa sudah berusaha & solusi yang terakhir dengan cara bertanya pada dosennya. Logika sederhana nya begini, bukankah ilmu yang didapat harus disampaikan. Jadi, mengapa harus pelit & tujuannya untuk apa sekolah tinggi-tinggi?
17. Sombong/Membanggakan Diri
Artinya, terlalu sering membanggakan diri. Padahal hal yang di sombong kan memang sudah dalam ranah tugas, kemampuan, dan ilmu nya seorang dosen. Jadi, tidak ada faedahnya sombong.
18. Sewenang-wenang
Artinya, cenderung otoriter dan tidak ingin mengetahui apapun alasan dari mahasiswa. Jadi, apa yang diinginkan & disampaikan harus diikuti.
19. Takut Terhadap Mahasiswa
Artinya, bertolak belakang dengan sewenang-wenang. Tipe dosen yang seperti ini cenderung tidak mempunyai prinsip yang tegas, berusaha untuk menyenangkan banyak mahasiswa, & tidak ingin mendengarkan opini dari mahasiswa. Padahal, opini dari mahasiswa itu akan selalu ada & tidak bisa dihindari.
Sebaiknya dalam menyikapi mahasiswa itu simpel, jika itu darurat bagi mahasiswa maka berikan toleransi. Maksudnya, jika ada kesulitan dari mahasiswa maka berikan keringanan. Bukan sebaliknya, yang tetap memaksa mahasiswa untuk mengikuti apa yang diinginkan.
20. Menuhankan Ilmu
Artinya, ilmu yang dimiliki itu dipertuhankan. Seolah-olah ilmu itu milik sendiri. Sehingga mempersulit yang lain nya. Padahal kenyataannya ilmu itu hanya titipan dari Tuhan supaya digunakan untuk hal yang bermanfaat.
Ciri-ciri dosen yang menuhankan ilmu, yakni:
- Terlalu sering sombong.
(Suka membanggakan gelar, pengalaman, & karya yang dihasilkan).
- Suka menarik perhatian manusia.
(Lewat penyebutan-penyebutan ilmiahnya, penampilan nya, & publik speaking nya).
- Gila penghormatan.
(Harus dijunjung tinggi terlebih dahulu, maka urusan mahasiswa akan dipermudah. Kemudian, tidak ingin mengakui kesalahannya).
- Bersikap egois dan dzolim.
(Semua harus sesuai dengan keinginan nya & tidak ingin mengetahui kondisi mahasiswa).
- Pelit terhadap ilmu.
(Cenderung menginginkan mahasiswa untuk mandiri. Padahal akan berefek negatif jika secara terus menerus. Kemudian, tidak merespon mahasiswa yang membutuhkan ilmu pada dirinya. Ditambah mahasiswa itu harus berpikir diluar kemampuannya).
- Minim dalam pengimplementasian nya.
(Hanya koar-koar perihal ilmu yang dimiliki, tetapi tidak ada bukti yang nyata dalam kehidupan sehari-hari nya).
- Minim akhlak dan adab.
(Akhlaknya buruk, karena ilmu yang diutamakan).
- Mabuk kitab.
(Sedikit-sedikit yang dibahas kitab, juga hafalan nya & merendahkan yang lain).
- Mabuk karya tulis ilmiah.
(Semua hal dikaitkan dengan karya tulis ilmiah. Cara dalam menyampaikan nya sangat buruk & terlalu sering menyepelekan serta menyalahkan mahasiswa. Ditambah tidak bisa membedakan antara mendidik, membimbing, mengarahkan, dan menilai. Sehingga fokusnya cenderung pada menilai bukan membimbing).
21. Membawa Permasalahan Pribadi Dalam Menjalankan Profesinya
Artinya, dalam menjalankan profesinya terlalu sering membawa permasalahan pribadi nya. Seperti contohnya; Sering menyinggung pribadi mahasiswa, menyampaikan kesalahan mahasiswa di depan mahasiswa lain pada saat berkomunikasi dengan nya, selalu berargumen pada hal-hal yang diluar konteks perkuliahan & penilaian dosen tersebut, mood yang berubah-ubah sehingga dilampiaskan pada yang tidak bersalah, cenderung menginginkan hasil yang instan dari mahasiswa dalam hal bimbingan skripsi. Artinya, mahasiswa harus menuju sempurna & dosen hanya fokus pada menilai saja, dan sebagainya.
22. Pencitraan
Artinya, dalam menjalankan profesinya tidak murni dari kesadaran masing-masing untuk bersikap profesional. Hanya pencitraan belaka.
23. Memiliki akhlak dan adab yang buruk
Artinya, dalam menjalankan profesinya tidak dengan akhlak dan adab yang baik. Tetapi, justru sebaliknya. Hal ini lah yang akan memunculkan permasalahan yang lainnya. Karena, semua hal berawal dari akhlak dan adab yang menjadi tolak ukur terpenting.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa 23 tipe tersebut telah menunjukkan seorang dosen yang sangat tidak profesional dalam menjalankan profesi nya & tentunya tidak disukai oleh mahasiswa.
Selain dapat menghambat proses dalam menuntut ilmu terkadang akan memunculkan statemen pada mahasiswa bahwa "Jika tidak mengetahui & bahkan tidak menjalankan tugasnya dengan baik, lebih baik tidak perlu jadi dosen. Karena, hanya akan menambah dosa dengan adanya kedzaliman terhadap mahasiswa".
Semoga dengan adanya hal ini dapat menjadikan para dosen sadar & juga berubah untuk menjadi lebih baik. Semoga profesi yang dijalankan bermanfaat & bisa menjadi amal jariyah nantinya. Aamiin.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H