Rupanya, hampir tiap daerah memiliki minuman tradisional yang mengandung potensi alkohol tinggi loh. Karena tiap daerah ternyata memiliki budaya meracik minuman berfermentasi alkohol. Mungkin disadari atau tidak, kita pernah menikmatinya. Atau barangkali kita doyan. Heheh...seperti saya yang suka banget dengan tape ketan hitam. Tiap Idul Fitri ga pernah ketinggalan mencicipi hidangan tersebut.Â
Apa saja sih minuman tradisional kita yang punya reputasi mendunia :
1. Arak
Arak adalah minuman hasil fermentasi air kelapa dengan buah-buah lainnya. Arak bali, paling terkenal. Karena masyarakat Bali boleh megonsumsi alkohol sehingga tingkat konsumsinya tinggi. Nggak jarang juga, beberapa upacara adat menggunakani arak sebagai persembahan ke para dewa. Sebagian masryakat Bali meyakini, semakin baik kualitas arak yang dipersembahkan, sebaik baik pula ritual yang dilaksanakan. Biasanya, dalam upacara adat atau sembahyang, arak dituangkan ke dalam daun pisang yang dibentuk menyerupai tangkup kemudian dicipratkan ke tangan dengan bantuan bunga. Â
Arak Bali memiliki kandungan alkohol relatif tinggi 30-50%, tergantung dari proses fermentasi yang diperoleh di setiap batchnya. Wisatawan manca negara yang mengunjungi Bali, hampir boleh dikata "belum sah" jika belum minum arak Bali. Rasanya sudah termasyur enak dan menjadi salah satu arak terbaik di dunia. Biasanya mereka mengonsumsi arak dengan dicampur bersama orange juice, atau dikenal dengan sebutan Arack Attack.
2. Tuak
Mirip dengan arak, tuak terbuat dari fermentasi nira kelapa atau aren dan beberapa dicampur dengan legen dari Pohon Siwalan yang dikenal sebagai bahan pembuat tuak. Dibanding dengan arak, tuak kandungan alkoholnya lebih rendah atau dibawah 40 persen. Tuak juga lebih "merakyat" pada sejumlah daerah. Karena tuak kerap digunakan sebagai suplemen atau penambah tenaga saat berladang atau aktivitas lain yang membutuhkan tenaga besar. Meski begitu, Â di Sumatera Utara, tuak biasanya menjadi hidangan wajib saat bersantap.Â
3. Sopi atau moke
Minuman khas dari Maluku atau Flores, tepatnya di Flores. Terbuat dari pohon enau sebagai bahan utamanya. Sopi berasal dari bahasa Belanda yang artinya zopie atau alkohol cair. Di sejumlah daerah di Flores, minuman ini dikenal dengan sebutan Moke. Setelah melalui proses fermentasi, Sopi atau moke rata-rata memiliki kandung alkohol di atas 50 persen. Ciri khas sopi adalah dengan ditambahkannya akar husor dan menggunakan bambu sebagai media fermentasi. Sopi yang berkualitas disebut dengan Sopi BM atau " Bakar Menyala", karena kandungan alkoholnya yang sangat tinggi. Bahkan, sopi dijadikan bahan bakar untuk menyalakan pelita.
Bagi masyarakat Maluku dan sekitarnya, sopi atau moke adalah bagian dari ritual adat yang tidak boleh hilang. Tuan rumah menyuguhkan tamu sopi hingga berliter-liter sebagai cara mengungkapkan syukur pada Tuhan atas anugrah yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Ketan hitam
Lumayan populer juga di mayarakat kita, terutama pada masyarakat pesisir di pantai utara Jawa. Minuman beralkohol ini sebenarnya merupakan residu dari proses pembuatan tape ketan hitam. Beras ketan hitam yang difermentasi menjadi tape ketan hitam mengeluarkan cairan berwarna kehitaman.
Tape ketan hitam sebenarnya mengandung alkohol, namun kandung alkohol terbesar ada di hasil fermentasi tape ketan hitam yang mengeluarkan cairan berwarna hitam. Untuk kebutuhan minum, air hasil fermentasi ditampung dan dikonsumsi. Rasanya manis dan banyak disukai masyarakat pesisi Jawa.
5. Ciu
Kalau ketan hitam disukai masyarakat pesisir Jawa, ciu oleh masyarakat pedalaman, pegunungan atau di dataran tinggi. Ciu berasal dari fermentasi air tebu. Rasanya manis. Sejumlah minuman hasil fermentasi memang berasa manis, makanya banyak orang menyukainya. Tak ada tau yang pasti kapan ciu berkembang di masyarakat. Namun, banyak orang meyakini, ciu telah dikonsumsi jauh sebelum bangsa Eropa ke tanah air.Â
Bagi Anda penikmat minuman beralkohol, cobalah untuk setidaknya mencicipi minuman beralkhol dari negeri sendiri. Ke depannya diharapkan minuman tradisional kita tersebut bisa memenuhi standar mutu internasional sehingga bisa mendunia. Dan, yang terpenting, bertanggung jawablah dalam mengkonsumsinya, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H