Mohon tunggu...
Kartina Ika Sari
Kartina Ika Sari Mohon Tunggu... writerpreneur -

Writerpreneur dan sedang merintis "working from home". Lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi jurusan jurnalistik di Universitas Padjajaran. Sejak awal 2003-akhir 2012 bekerja sebagai wartawan di majalah bisnis, majalah pariwisata dan MICE nasional, serta mengembangkan media internal di Kantor Pusat Palang Merah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

4 Alkohol Tradisional ini Berpotensi Mendunia

1 Desember 2016   07:07 Diperbarui: 1 Desember 2016   07:31 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Lumayan populer juga di mayarakat kita, terutama pada masyarakat pesisir di pantai utara Jawa. Minuman beralkohol ini sebenarnya merupakan residu dari proses pembuatan tape ketan hitam. Beras ketan hitam yang difermentasi menjadi tape ketan hitam mengeluarkan cairan berwarna kehitaman.

Tape ketan hitam sebenarnya mengandung alkohol, namun kandung alkohol terbesar ada di hasil fermentasi tape ketan hitam yang mengeluarkan cairan berwarna hitam. Untuk kebutuhan minum, air hasil fermentasi ditampung dan dikonsumsi. Rasanya manis dan banyak disukai masyarakat pesisi Jawa.

5. Ciu

Kalau ketan hitam disukai masyarakat pesisir Jawa, ciu oleh masyarakat pedalaman, pegunungan atau di dataran tinggi. Ciu berasal dari fermentasi air tebu. Rasanya manis. Sejumlah minuman hasil fermentasi memang berasa manis, makanya banyak orang menyukainya. Tak ada tau yang pasti kapan ciu berkembang di masyarakat. Namun, banyak orang meyakini, ciu telah dikonsumsi jauh sebelum bangsa Eropa ke tanah air. 

Bagi Anda penikmat minuman beralkohol, cobalah untuk setidaknya mencicipi minuman beralkhol dari negeri sendiri. Ke depannya diharapkan minuman tradisional kita tersebut bisa memenuhi standar mutu internasional sehingga bisa mendunia. Dan, yang terpenting, bertanggung jawablah dalam mengkonsumsinya, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun