Mohon tunggu...
Kartika V.
Kartika V. Mohon Tunggu... Jurnalis -

journalist | creative writer | gadget | animated movies | drama series | not a feminist | Christ follower

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Karena Ganti Handphone Itu Enggak Penting-penting Amat

1 Desember 2016   15:11 Diperbarui: 1 Desember 2016   17:52 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ‘ngiler’ smartphone baru. (credit: dailymail.co.uk)

Masalah ada pada pihak yang memasok bahan baku untuk pabrik. Masih ingat Rianto? Seorang bocah 12 tahun yang ditemukan oleh tim wartawan dari program dokumenter BBC Panorama pada tahun 2014 silam. Rianto bekerja sebagai salah satu dari sejumlah pekerja di bawah umur yang ikut menggali bijih timah di lokasi pertambangan ilegal di di wilayah Kepulauan Bangka, Indonesia. Material logam itu diketahui untuk bahan baku pembuatan iPhone di China.

Kasus lainnya, dalam memasok bahan baku untuk pembuatan baterai gadget dan smartphone, dikabarkan dari Kongo, negara Afrika bagian tengah, mempekerjakan anak di bawah umur sebagai penambang logam Kobalt. Anak-anak tersebut dikaryakan demi mendapatkan tenaga kerja dengan harga murah, ketika faktor kemiskinan menjerat mereka.

3. Tabungan (Berhutang?)

Konsumen produk elektronik. (credit: foto.kompas.com)
Konsumen produk elektronik. (credit: foto.kompas.com)
Kemunculan gadget anyar – permintaan pasar – gaya hidup konsumtif, adalah kombinasi nutrisi lengkap menjamurnya perusahaan modal yang menawarkan jasa kredit barang elektronik.

Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Maret 2016, jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada industri menunjukkan pertumbuhan 8,71% dibanding Kuartal I 2015, yakni dari Rp 3.679,87 triliun menjadi Rp 4.000,44 triliun.

Pertumbuhan tersebut cukup fluktuatif, dari Kuartal I 2014 ke Kuartal I 2015, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 11,27%. Jadi pertumbuhan kredit tahun lalu masih lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 ini.

Sekarang mari kita menerjemahkan data statistik tersebut ke dalam kondisi riil kehidupan keseharian. Ketika seseorang karena satu dan lain hal, tidak berkesempatan memiliki kartu kredit atau pinjaman konvensional, maka kredit tanpa agunan (KTA) dan kredit multiguna bisa jadi solusi.

Dengan adanya kemudahan pinjaman tersebut, banyak orang yang jatuh ke dalam perangkap ‘tenor’ selama setahun atau lebih. Padahal usia gadget yang mereka pakai juga hanya setahun atau dua tahunan saja. Jika sudah begini, jadi teringat film Warkop DKI tahun 1982 berjudul “Setan Kredit”. Yup, kredit barang seolah menjadi arwah penasaran yang menghantui kamu sebulan sekali, hehehe… Ironis memang.

Benarkah Kita Butuh Gadget Baru?

Ada beberapa faktor yang memaksa kita harus membeli gadget baru, antara lain: rusak akibat kesalahan pengguna, kehilangan/tidak sengaja menjatuhkan di suatu tempat, atau jadi korban pencurian. Namun ada dua faktor lain yang mana pengaruhnya lebih besar, karena terkait dengan gaya hidup dan konsumerisme, yaitu:

1. Dipaksa Upgrade

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun