Tiba-tiba saja teringat kembali saat masih berdinas di rumah sakit kecil kaki gunung Sumbing, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah, karena pada bulan-bulan seperti ini adalah saat dimana terjadi panen raya tembakau, penduduk setempat biasa menyebutnya dengan mbakon.
Dari lahan kaki gunung Sumbing, selain tembakau sebagai tanaman primdona, penduduk setempat menghasilkan berbagai macam tanaman sayuran sawi, kol, wortel, daun bawang, sledri, juga bawang putih.
Dulu sebelum tembakau berjaya ,Parakan juga penghasil bawang putih, tapi dengan diimpornya bawang putih dari India, harga bawang putih lokal bersaing keras dengan harga bawang putih India yang murah dibanding bawang putih lokal, bentuk bawang putih yang besar dan bersih banyak diminati konsumen, maka yang terjadi adalah beralihnya pangsa pasar yang memihak bawang impor. Maka serta merta petani bawang putih banyak yang beralih menjadi petani tembakau, karena mereka sudah tidak sanggup lagi balapan lari mengejar harga impor yang edan-edanan tenan, modal mereka habis buat ongkos benih, pupuk, juga ongkos buruh. Dan jika tak sedang musim tanam tembakau mereka kembali menanam sayuran.
Tapi tembakau tetap bertahan, karena cita rasa tembakau dari daerah Parakan tiada lawan, ini dikarena tingkat kesuburan tanah yang mempengaruhi kadar nikotine dalam tembakau. Maka tak heran banyak pabrik rokok memilih tembakau Parakan sebagai bahan pilihan olahan rokok mereka.
Seingatku bulan-bulan seperti ini adalah saat panen raya tembakau atau biasa mereka sebut mbakon Saatnya petani tembakau berpesta pora. Puncaknya sih bulan Agustus, tapi pada bulan September para petani turun gunung, bertransaksi tembakau rajang kering di pasar Parakan, kios-kios tengkulak yang semula dibiarkan kosong, mati tak bernyawa, kembali dengan kehidupan karena segera tembakau berganti lembaran rupiah yang membuat...siapa sih yang gak semangat karena u a n g???...hehe
Dari teman-teman perawat yang juga penduduk asli setempat aku mendapat cerita ini, yaitu fenomena yang terjadi sesaat setelah mbakon.
Fenomena gaya hidup boros dan konsumtif, yang biasanya terjadi saat setelah panen tembakau adalah dengan tiba-tiba tingginya tingkat pemesanan hunian ruang VIP rumah sakit oleh para juragan petani tembakau. Entah mereka, benar-benar sakit atau hanya ingin relaks di ruang VIP sekelas hotel melati.
Mendadak pula toko-toko elektronik penuh pembeli, membeli kulkas, televisi, mesin cuci. Dan yang lucunya lagi ada yang tidak paham dengan penggunaan kulkas (karena memang Parakan itu berhawa dingin), kulkas tidak difungsikan secara maksimal, mungkin karena watt listriknya yang besar juga daerahnya sudah dingin, kulkas tersebut oleh mereka gunakan sebagai tempat menyimpan pakaian.
Begitu pula dengan meningginya tingkat kecelakaan kerja para petani tembakau, kasus yang biasanya terjadi adalah jari-jari kaki atau tangan ikut terajang pisau perajang.
Sungguh pengalaman seumur hidup yang tidak bisa aku lupakan, ketika membantu seorang Bapak yang harus kehilangan keempat jari kakinya, bersama rekan perawat di IGD.
Benar-benar pesta pora yang meriah. Bersimpah keringat, uang dan darah.