Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Betapa Berat Kerja Pemandu Wisata Jakarta

23 Oktober 2023   13:00 Diperbarui: 23 Oktober 2023   16:28 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Melalui kegiatan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, pariwisata menjadi sektor andalan dalam perolehan devisa, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat," pungkas Sandi. (Kutipan kalimat dari menteri pariwisata Sandiaga Uno dari situs  https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/kian-melesat-di-2023-pariwisata-indonesia-bersiap-menuju-level-prapandemi).

PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA 

Setahun belakangan ini kota Jakarta bagi wisatawan terutama asing sejak dari mengijakkan kaki di bandara internasional Sukarno Hatta hingga wisata keliling kota Jakarta, dinilai sangat tidak ramah wisatawan terutama grup besar.

Wisatawan yang mendarat di terminal kedatangan internasional terminal 3 harus jalan kaki jauh ke parkiran kedatangan domestik terminal 3.

Sampai di parkiran untuk naik ke bis harus dengan super hati-hati supaya tidak tertabrak kendaraan yang melaju kencang ke pintu keluar parkiran. Saat turun hujan pun wisatawan, pemandu wisata, supir hingga kenek harus pasrah basah kuyup karena tidak ada atap menutupi bis dari hujan dan terik matahari.

Wisatawan yang datang ke kota ini banyak yang memakai tongkat, kursi roda, dan berusia lanjut. Perjuangan untuk naik bis sungguh melelahkan hati dan fisik. 

Sebelum pandemi bis wisata bisa berhenti dan menaikkan penumpang dengan nyaman di depan terminal kedatangan internasional dan domestik, tetapi sejak jamaah haji dan umroh digabung ke terminal 3, hanya bis yang mendapat ijin pengelola bandara dan rombongan jamaah yang bisa berhenti depan terminal.

Lalu, wisatawan sesampai di tempat wisata disungguhi pemandangan pertengkaran antara pemandu wisata dan tukang pungutan liar saat bis menurunnaikkan penumpang hingga parkir di tempat objek wisata.

Akhir-akhir ini banyak tercipta lapangan kerja baru di jalanan tempat wisata andalan Jakarta seperti monumen nasional dan mesjid istiqal.

Dua bangunan itu dibangun oleh presiden Sukarno sebagai bagian perayaan peringatan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa asing.

Beberapa hari lalu, penulis mendapat tugas menemani tamu asing yang merupakan pejabat pemerintahan di negara mereka yang melakukan kunjungan kerja ke Jakarta.

Selama beberapa hari kunjungan ke berbagai instasi pemerintah, kami selalu dikawal patwal. Tetapi, tamu sehari sebelum pulang meminta untuk tidak dikawal dan ingin melihat tempat wisata andalan kota ini.

Supir saat diberitahu rute tempat kunjungan langsung kesal. Baginya lebih baik bawa tamu jalan keluar kota daripada wisata keliling Jakarta karena sekarang banyak tukang pungutan liar di tiap pinggir jalan tempat objek wisata. Bis besar saat berhenti untuk naik turun penumpang diminta bayar mulai dari Rp 50,000. Lalu, parkir diminta mulai Rp 100,000. Bila tidak diberi nanti bis bisa dirusaki.

Tamu saat pertama sampai di tempat wisata, bingung melihat pemandu wisata dan supir ribut dengan anak muda berpakaian kaos dan jeans. Mereka semakin bingung melihat uang kertas yang diberi pemandu dilempar dengan kasar ke dashboard bis sambil diteriaki kasar.

Pemandu wisata setelah uang dilempar dan diteriaki kasar bergegas minta supir segera tancap gas meninggalkan pemuda itu.

ENJOY JAKARTA?

Pemandu wisata dalam bekerja selain wajib memiliki wawasan pengetahuan tempat objek wisata, juga dituntut memiliki daya kreatif berpikir untuk beri penjelasan yang menenangkan hati tamu.

Tamu tentu bertanya tentang kejadian tadi.

Jalanan kota Jakarta sebelum pandemi memiliki mesin bayar parkir mandiri di pinggir jalan. Tetapi, mendadak mesin itu tidak berfungsi dan penguna parkir pinggir jalan harus bayar tunai ke tukang parkir yang akan beri karcis bukti bayar.

Bis wisata sebelum pandemi bisa parkir nyaman di dalam parkiran monas dan mesjid Istiqal. Tetapi, sejak tahun 2018 sebelum dan sesudah pergelaran Asian Games ada banyak pekerjaan tata kota. Sejak pekerjaan itu dimulai satu per satu tempat parkir bis ditutup.

Sepanjang jalan kota ini ada banyak larangan berhenti maupun parkir di pinggir jalan. Ketahuan melanggar langsung diderek dinas perhubungan.

Pemuda tadi merupakan produk yang sengaja dibina oknum yang memanfaatkan celah keruwetan sistim pengunaan jalan. Pembina mereka jelas bukan dari pihak swasta dan pasti mewajibkan mereka untuk beri setoran di ujung hari.

Penyebab pemandu wisata dilempari dan diteriaki kasar pemuda itu karena bersikeras untuk membayar Rp 5,000 bukan Rp 50,000. 

Tamu mendukung keputusan pemandu wisata karena ikut menuruti kemauan mereka berarti secara tidak langsung mendukung pembiaran kegiatan kejahatan. 

Masalah tata kota selain melahirkan tukang pungutan liar juga juntaian kabel hitam tebal tipis bertumpuk mendayun turun.

Bis besar saat berjalan terutama di bagian selatan harus hati-hati supaya tidak terjerat hingga memutuskan kabel itu. Saat terjebak, harus berusaha keras cari alat untuk menyodok kabel naik. Sepertinya di setiap sudut jalan Jakarta harus disediakan bambu panjang untuk mempercepat kerja menyodok kabel itu. 

Tamu sebelum berpisah di bandara internasional Sukarno Hatta mengatakan bahwa sangat terkesan dengan pelayanan hingga kejadian yang dijumpai selama perjalanan sehingga mereka memiliki banyak benih cerita seru untuk dibawa pulang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun