"Waktu itu kamu tidur luar biasa nyenyak. Kakak sehabis shalat sangat iri melihat wajah sedang tidurmu yang terlihat sangat damai seakan melupakan kejadian kemarin saat ditampar dan diludahi Aryo..." suara kak Milah terdengar bergetar.
Bude mengelus lembut punggungnya.
"Saat itu aku tersadarkan sudah lama tidak membaca Alquran dan jadi ingin membacanya. Tidak disangka begitu membuka dan baca Alquran, kakak lupa waktu sampai terdengar bunyi adzan. Kakak bergegas menutup Alquran dan seketika hati terasa plong lega," lanjutnya dengan menangis.
Aku masih ingat betul wajah cerah kak Milah saat aku bangun. Ternyata penyebabnya karena dia selesai shalat kembali mengaji setelah tahunan ditinggalkan.
Keesokan pagi kami berangkat ke Swiss setelah sarapan. Begitu sampai di stasiun, Matteo dengan wajah cerah memeluk dan mencium kami berempat bergantian.
Lusa adalah hari pernikahan mereka. Pernikahan diadakan di taman rumah orang tua Matteo yang sangat luas. Kak Milah terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya brokat putih buatan ibunya.Â
"Bintang, buket bunga ini untuk kamu supaya cepat menyusul," kata kak Milah.
Tiga hari kemudian, aku pulang dengan membawa coklat sekoper untuk dibagi ke kelas Anak Maju, orang kantor dan Bulan yang sedang hamil muda.
-bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H