Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pintu Depan 15

21 April 2022   16:29 Diperbarui: 21 April 2022   17:31 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu ini anak yang cerdas dan serba bisa. Bapak hanya ingin kamu menyadari potensi besar dalam dirimu. Selagi muda, jalani hari-harimu dengan membuat pilihan yang tidak akan kamu sesali di kemudian hari. Meski terasa berat dan mengecewakan, tapi jalani terus hidupmu dengan kemampuan berbuat baik terbaikmu. 22 tahun dari sekarang di saat usiamu 40 tahun, ketika kamu menengok ke belakang, bapak yakin pasti hanya rasa bangga pada dirimu yang terlihat di pelupuk mata. Bintang, setelah tidak muda lagi pilihan hidup semakin sedikit karena faktor usia dan kesehatan. Dan biasanya kita hanya bisa terus menjalani hidup yang sudah dipilih," kata pak Mark dengan tersenyum ke aku. 

Aku membalas senyuman beliau dengan diam karena tidak tahu harus komentar apa. Aku terus terdiam hingga dari kejauhan terlihat gedung asrama.

"Pak Mark, nanti saat ke Indonesia tolong kabari aku. Saat itu meski sudah bekerja, aku pasti akan luangkan waktu untuk menemani bapak keliling sekitar Jakarta. Semua yang bapak ajarkan ke aku selama ini tidak akan kulupakan. Terima kasih banyak untuk perhatian dan kebaikan bapak selama ini," kataku dengan memberikan senyum yang termanis.

Sebelum turun dari mobil, aku juga mengucapkan terima kasih ke pak Chen. Setelah turun, seperti biasa aku melambaikan tangan hingga mobil hilang dari pandangan.

Ketika mobil menghilang di kegelapan malam, airmataku tumpah ruah. Entah mengapa aku merasakan kesedihan. Cerita pak Mark tentang masa muda terus tergiang dalam kepala.

3 hari ini pun telah jadi sejarah. Aku membayangkan seperti apa diriku di usia 40 tahun. Bayangan yang muncul hanya menjadi istri Cahaya dan ibu untuk anak-anak yang lahir dari pernikahan kami.

"Kenapa aku tidak bisa punya impian besar seperti Shidd dan Kang Xi Ka yang ingin jadi menteri luar negeri? Dan seperti DX yang gigih kejar impian jadi fotografer profersional kelas dunia? Dan juga Shotaro yang ingin mendirikan perusahaan teknologi alat medis? Kenapa impianku sungguh kecil???" Aku sibuk bertanya pada diri sendiri di dalam hati.

-bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun