Perhatian yang diberikan Pak Mark membuatku sangat bahagia dan terharu. Aku mengambil plastik itu lalu taruh di atas pangkuanku. Rasa hangat dari dalam plastik menyebar ke seluruh badan.
"Bintang, sekarang usiamu berapa?" tanyanya. "18 tahun," jawabku. "Delapan belas.... Â saat bapak seusia kamu, bapak terpaksa datang merantau ke negara ini karena kondisi politik Indonesia yang sangat buruk saat itu. Bapak ingat sekali saat tiba di sini hati dan pikiran diliputi rasa keputusasaan, kemarahan, dan ketakutan. Tetapi karena masih muda, semua rasa itu bisa diubah menjadi kekuatan untuk berusaha bangkit bekerja mengali potensi diri dalam waktu singkat." Pak Mark berhenti sejenak. "Ada pepatah yang mengatakan masa muda itu masa yang indah. Saat seusiamu itu pepatah itu sangat sulit dimengerti bapak karena bapak sedang menjalaninya. Tetapi, sekarang di usia 46 tahun ini baru bapak mengerti arti pepatah itu."
Aku mendengar dengan diam.
"Bapak ini gemar olahraga lari. Setiap hari pasti luangkan waktu satu jam untuk lari. Bila tidak lari, tubuh terasa lemas seperti saat telat makan." Beliau kembali berhenti sebentar.
"Saat memasuki usia 41 tahun, bapak tersadarkan saat sedang berlari kalau nafas tidak sekuat dulu lagi. Lalu, perlahan keluhan kesehatan terutama bagian tulang mulai bermunculan."
Pak Mark saat pindah ke Tiongkok, bekerja sebagai kuli panggul sayur, buah, dan ikan di pasar. Setiap hari punggung beliau harus menanggung beban bawaan yang bila berat ditotal bisa 100 kilo lebih. Tubuhnya di antara 2 saudara pria yang lain, termasuk paling kuat.
Pekerjaan berat itu lebih cepat menghasilkan uang. Selain itu, pedagang yang dibantu setelah selesai dibantu pasti beri sedikit barang bawaannya. Pemberian itu dijadikan sebagai makanan untuk seisi rumah. Selama hampir setahun pak Mark menjadi kuli panggul.Â
"Sudah 4 tahun terakhir ini muncul keluhan sakit pinggang. Kata dokter, penyebabnya karena saat muda terlalu sering memanggul beban berat," kata pak Mark pelan dengan tersenyum getir.
"Mendengar perkataan dokter itu bapak mengerti maksud pepatah itu. Saat muda, tubuh bapak yang sehat dan kuat sanggup memikul beban sangat berat dan tulang tidak merasakan sakit. Selain sehat dan kuat itu, bapak juga memiliki banyak pilihan hidup untuk dijalani. Karena itu masa muda disebut masa yang indah," katanya sambil menatap mataku.Â
"Bintang, cita-cita kamu mau jadi apa?" Pertanyaan dia membuatku bingung harus menjawab apa. Aku yang diam semakin terdiam.
"Bapak tahu kamu pasti bingung mau jadi apa. Itu hal yang wajar karena di luar sana ada banyak pilihan hidup. Meski hari ini berkata ingin jadi dokter, bisa jadi besok berubah menjadi pengacara," katanya dengan tersenyum.Â