Ibu masih SD berusia 8 tahun. Paman baru masuk SMA. Kakek memutuskan jadi petani. Setahun di Semarang, kakek dikabari sahabat masa kecil yang berdagang kelontong di Jambi bahwa adiknya menikahi saudara sepupunya dan hidup sukses di Jakarta sebagai importir alat elektronik dan sahabat yang menipu dia memiliki perusahaan kontraktor besar di Singapura. Sahabatnya pindah Singapura karena istri asli sana.Â
Kakek sekeluarga tidak menaruh dendam dan marah berlama-lama. Mereka mendoakan supaya ada pertobatan di hati manusia itu.
3 tahun kemudian, kakek mendapat kabar anak perempuan sahabatnya dibunuh suaminya yang merupakan anak teman terbaiknya gara-gara marah besar ayahnya telah ditipu mertua. Padahal saat itu istrinya baru sebulan melahirkan anak pertama mereka. Media massa Singapura dibungkam untuk tidak memberitakan kasus pembunuhan yang melibatkan anak konglomerat terbesar negeri itu. Tak lama berselang, pemerintah Singapura membekukan aset temannya lalu mengusir keluar dan memasukkan namanya ke dalam daftar hitam negara itu. Setelah itu tak ada yang tahu kabarnya.
Adiknya ternyata menikahi janda cerai dua anak. Pernikahan mereka dikarunia satu putri tapi penyakitan. Istri yang masih sering berhubungan dengan mantan suami karena masalah anak membuat kehidupan rumah tangga terasa sangat hambar. Hartanya sebagian diberi diam-diam ke mantan.Â
Keluarga kakekku yang di Semarang walau hidup pas-pas, tapi bahagia sehat jasmani dan rohani. Latar belakang kakek yang dikhianati teman dan adik membuat mata ibu terbuka betapa kerja keras dengan hidup jujur dan berbuat baik itu sangat penting.
"Ibu menasehati aku dan Bulan untuk tidak terlena dengan harta. Bila harta yang didapat berasal kerja keras tanpa tipu daya maka, kita boleh ikut nikmati. Tapi kalau hasil tipu daya maka harus kita jauhi supaya anak cucu tak tertimpa kesialan, bala penyakit serta ketidakbahagiaan. Ibu melarang keras aku dan Bulan untuk menikah dengan keturunan kaya tapi memiliki latar belakang buruk. Terus jaman sekarang banyak yang bermimpi jadi pegawai negeri dengan harapan kelak 5 tahun bekerja bisa korupsi. Semakin tinggi jabatan pasti semakin makmur hidup. Mimpi seperti itu pun dilarang ibu."
"Ibumu hebat sekali. Aku kagum," mata kak Milah berbinar penuh kekaguman. "Makanya kakak tenang saja. Aku tak akan termakan pesoan Aryo yang memiliki kredibilitas sangat buruk di mata kita!" ujarku sambil nyegir lebar.
Sepertinya ini saat untuk Aryo merasakan kepahitan hidup dan sadar betapa hidupnya penuh dosa karena aku dan kak Milah sepakat kerja sama kerjaii Aryo.
Sesuai dugaan, Aryo berusaha mendekatiku. Keesokan hari dia sengaja main ke kampusku dengan alasan mau makan gado-gado favorit yang dijual di kantin kampus ini. Aku mengikuti alur permainan Aryo dengan selalu menyambut kedatangannya dengan senyum lebar.
Sabtu malam 2 minggu kemudian, aku kembali diajak makan steak enak di restoran daerah Jakarta pusat. Restoran itu terletak dalam hotel bintang lima depan bundaran HI.
Pertama kali dalam hidup aku naik mobil mewah dan makan mewah di restoran bintang lima.