Norwegia terletak di benua Eropa, dan merupakan bagian dari wilayah Skandinavia. Di sana, pendidikan usia dini dikenal dengan istilah barnehage, atau jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia berarti Taman Kanak-Kanak atau prasekolah. Barnehage ditujukan untuk anak-anak usia dari 1 hingga 5/6 tahun dan dianggap sebagai fondasi yang sangat penting bagi proses tumbuh kembang anak. Sistem pendidikan pada barnehage difokuskan pada pendekatan pembelajaran berbasis permainan, mengembangkan potensi keterampilan sosial dan emosional, dan pembelajaran melalui eksplorasi dibandingkan untuk memenuhi tuntutan akademik semata.Â
PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TAK TERSTRUKTUR
Pembelajaran pada barnehag menggunakan pendekatan berbasis permainan karena memiliki waktu dan ruang untuk bermain dianggap sebagai prioritas kebutuhan utama yang harus terpenuhi bagi anak-anak usia 1-5/6 tahun. Anak-anak harus terpenuhi kebutuhannya untuk bermain sebagai wahana belajar untuk pertumbuhan sosial, kognitif dan emosional anak-anak. Jika di Indonesia, ada asumsi umum bahwa jika bersekolah maka harus belajar dalam kondisi yang serius, namun pada barnehage, anak-anak diarahkan untuk berkesempatan untuk bermain tak terstruktur, baik di dalam maupun luar ruangan. Permainan yang tidak terstruktur ini akan memupuk kreatifitas, kemandirian, dan keterampilan memecahkan masalah.Â
Yang dimaksud dengan permainan tak terstruktur adalah permainan yang tidak dirancang secara sengaja oleh orang dewasa demi mencapai tujuan atau target tertentu. Permainan sejenis ini berwujud kegiatan di mana anak-anak mengambil kendali untuk bebas bereksplorasi, berimajinasi dan membuat suatu tanpa adanya peraturan yang mengekang ataupun adanya arahan orang dewasa. Anak-anak bermain secara spontan dan memberikan peluang untuk memanfaatkan dunia pikiran fantasi mereka tanpa terikat aturan sehingga bisa membuat mereka berpraktek membuat keputusan mandiri bagaimana caranya mereka akan bermain.Â
PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LUAR RUANGAN
Pendekatan belajar pada barnehag juga menempatkan kegiatan aktivitas di luar ruangan sebagai agenda penting di sekolah. Hal ini sejalan dengan filosofi kehidupan yang dominan muncul di kawasan Skandinavia, friluftsliv. Secara definitif, friluftsliv berarti "hidup di alam terbuka" atau "hidup di alam terbuka". Orang-orang Skandinavia percaya pada filosofi budaya beraktifitas di alam terbuka akan menimbulkan koneksi manusia dengan alam yang dapat meningkatkan kesejahteraan, keseimbangan, rasa penghargaan dan harmonis yang lebih terdapat alam sekitar.Â
Berdasarkan fisolofi itu, anak-anak secara budaya setempat harus menghabiskan sebagian besar waktu mereka di luar rumah, bahkan meskipun pada saat musim dingin. Anak-anak harus aktif terlibat dalam beragam kegiatan luar ruangan seperti menjelajah alam, mendaki, berjalan-jalan, atau bermain di taman. Masyarakat di sana percaya pada nilai-nilai bahwa kegiatan seperti ini akan memperkuat kesehatan fisik anak-anak sedari dini karena sudah terbiasa dengan beragam kondisi alam, dan akhirnya juga akan membangun rasa tangguh, tidak mudah menyerah dan gampang beradaptasi dengan lebih beragam situasi.Â
PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA ANAK
Jika pada bagian awal tulisan ini, kita fokus pada permainan yang tidak terstruktur, nah bagian terstruktur pada program-program pembelajaran barnehag ada dalam bentuk strukturisasi rancangan belajar yang wajib berpusat pada anak. Artinya, aktivitas-aktivitas apapun yang disediakan harus mampu mengakomodasi kebutuhan, kepentingan, dan kecepatan belajar masing-masing individu per anak. Secara struktur, aktivitas-aktivitas ini dirancang dengan hati-hati dan kemudian anak-anak mendapatkan otonomi untuk memilih aktivitas mana yang akan dieksplorasi sesuai naluri dan keingintahuan mereka, sehingga terbentuk pola bermain yang tak terstruktur. Contoh kegiatan yang berpusat pada anak, bisa dalam bentuk penyediaan fasilitas permainan balok. Pada barnehag, anak-anak dibiarkan membangun dan membongkar menara yang terbuat dari kayu atau bahan lembut. Mungkin bagi sebagian kita akan mengatakan bahwa contoh simpel seperti ini juga diterapkan pada banyak TK di Indonesia. Namun yang membedakan adalah bahwa biasanya dilakukan pada saat jam istirahat untuk bebas bermain di sela-sela jam belajar, sementara di sana, justru menjadi pusat utama kegiatan.Â
PEMBELAJARAN DIPIMPIN OLEH PENDIDIK YANG BERKUALITAS
Pembelajaran dipimpin oleh pendidik yang berkualitas, dalam arti memiliki latar belakang pendidikan tinggi, dan telah mendapatkan pelatihan maupun magang, yang secara khusus memang berhubungan dengan pendidikan anak usia dini. Rasio antara anak dan guru pun dibuat rendah, agar bisa memberikan perhatian secara lebih personal karena guru tidak harus membagi konsentrasi ke terlalu banyak anak.Â