Mohon tunggu...
Kartika Catur Pelita
Kartika Catur Pelita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis 700-an cerpen. 150 cerpen dimuat 70-an media, di antaranya: Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Nova, Kartini, Republika, Bangka Pos, Solopos, Media Indonesia, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi. Cerpen terpilih di antologi cerpen JOGLO 11 dan 12(Taman Budaya Jawa Tengah, 2011, 2012), antologi 15 Cerpen Inspiratif 2011, 'Membunuh Impian" Annida Online, antologi puisi "Sebatang Rusuk" (Samudra), antologi puisi dwibahasa "Flows into tehe Sink into the Gutter", 126 Penyair(Shell). Buku solo: novel Perjaka, kumcer Balada Orang-Orang Tercinta, Perempuan yang Ngidam Buah Nangka, novel Karimunjawa Love Story. Founder komunitas Akademi Menulis Jepara(AMJ).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Novel "Kentut Presiden" Kejamnya Seorang Pemimpin

21 Februari 2019   10:45 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:55 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah seorang pelayan istana yang sedang hamil  ngidam buah nangka. Demi memenuhi ngidamnya, dia mencuri nangka yang  berada di kebun istana. Sang raja memergokinya. Sang raja marah. Si pelayan ditangkap, dipenjara dan diadili. Si pelayan  memohon maaf, mengatakan bahwa dia mencuri demi ngidam sang jabang bayi. Sangjabang bayi-lah yang menginginkan makan buah nangka. Sang bukan iba, malah  semakin murka. Si pelayan istana dihukum, dibelah perutnya! Ajaib, saat perut terbelah, tampaklah si jabang bayi yang tengah memegang sepotong buah nangka!

"Aku tak ingin mengalami nasib sama seperti si pelayan raja, Mas, " keluh Agni Kejora, perempuan jeliat yang ngidam super aneh!

Subuh hangat, adakah mencerecap yang lebih nikmat saat usai menggapai puncak kenikmatan, berbaring telentang menatap langit-langit, menuai kepuasan. Aku   memandang dan tersenyum puas pada belahan jiwa. Agni Kejora terlihat cantik, padahal embun belum meruap  dari pori-pori.  Duhai, betapa aku ingin  mengalami saat-saat indah seperti ini untuk selamanya! 

"Aku ngidam, Mas."

"Ngidam..?"

"Iya, aku lagi ngidam, Mas."

"Ngidamnya apa?"

"Mas janji dulu akan memenuihnya."

"Mengapa tidak, Dik. Katakan saja apa ngidam-mu?"

"Aku...aku ngidam kentut, Mas."

"Oalah, Dik, ngidam kok aneh, ngidam kentut segala. Tapi, jangan khawatir, kentut di mana aja da. Kita mudah mendapatkannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun