Hidup adalah perjalanan penuh liku yang tak bisa ditebak. Ada saat di mana semuanya terasa berat, masalah datang bertubi-tubi, seperti hujan deras yang tak kunjung reda. Namun, di tengah keputusasaan, kita sering diingatkan dengan kalimat sederhana:Â "This too shall pass".
Kalimat ini adalah mantra universal, pengingat bahwa segala sesuatu bersifat sementara. Namun, mari kita berhenti sejenak dan berpikir lebih dalam. Apakah hanya masalah yang akan berlalu?
 Bagaimana dengan kebahagiaan, keberhasilan, atau momen indah dalam hidup kita? Apakah kita siap menerima kenyataan bahwa itu pun akan berakhir?
Apa Arti "This Too Shall Pass"?
"This too shall pass" konon berasal dari sebuah kisah rakyat Persia, di mana seorang raja meminta sebuah kalimat yang dapat menenangkan hati, baik saat bahagia maupun sedih. Jawabannya adalah ungkapan tersebut. Sederhana, tapi penuh makna.
Kata-kata ini mengajarkan bahwa hidup adalah siklus: saat-saat buruk akan berlalu, tetapi begitu pula saat-saat indah. Bagi sebagian orang, ini menenangkan. Bagi yang lain, mungkin terasa seperti kenyataan pahit yang sulit diterima.
Mengapa Kita Sulit Menerima Kenyataan Ini?
1. Kita Terjebak dalam Keabadian Palsu
Ketika sedang bahagia, kita cenderung berharap momen itu berlangsung selamanya. Kita lupa bahwa kebahagiaan hanyalah bagian kecil dari roda kehidupan.
2. Kita Membenci Perubahan
Sebagian besar manusia takut pada ketidakpastian. Kalimat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, tidak akan bertahan. Dan ya, perubahan itu sulit diterima.
3. Kita Tidak Siap untuk Kehilangan
Siapa yang ingin kehilangan momen-momen bahagia? Namun, kebahagiaan yang kita genggam erat akan berlalu, sama seperti kesedihan yang kita coba jauhi.
Kehidupan sebagai Drama Tanpa Akhir
Pernahkah Anda merasa hidup ini seperti sinetron tanpa jeda iklan? Ketika masalah datang, kita berpikir, "Kapan ini selesai?" Tapi begitu kebahagiaan menyapa, kita justru lupa bahwa babak baru akan segera dimulai.
Ironisnya, kita sering mempersiapkan diri untuk menghadapi kesedihan, tetapi jarang berpikir bahwa kebahagiaan pun memiliki batas waktu.Â
Bukankah lucu bagaimana kita berusaha keras mengabadikan momen-momen indah, dengan kamera, jurnal, atau media sosial, hanya untuk menyadari bahwa kenangan tak bisa menahan waktu?
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kalimat Ini?
1. Hidup di Saat Ini
Ungkapan ini mengajarkan pentingnya menikmati setiap momen, tanpa terlalu terjebak dalam euforia atau keputusasaan.
2. Berhenti Berjuang Melawan Waktu
Kebahagiaan bukan tentang memperpanjang momen-momen indah, melainkan tentang menerima bahwa mereka ada untuk dinikmati.
3. Persiapan Mental untuk Siklus Hidup
Dengan menerima bahwa semuanya akan berlalu, kita bisa lebih siap menghadapi perubahan.
Kebahagiaan dan Kesedihan adalah Dua Sisi Koin
Hidup tak akan pernah hanya berisi satu sisi saja. Ketika berada di puncak, kita perlu ingat bahwa kebahagiaan tidak selamanya. Ketika di dasar, kita bisa berharap bahwa kesedihan pun punya batas waktu.
Ini bukan tentang pesimisme, tetapi realisme. Dan justru dalam realisme ini, kita menemukan kebebasan.
Hidup adalah Perjalanan Tanpa Ujung
"This too shall pass" bukan sekadar kalimat, tetapi filosofi hidup yang mengingatkan kita akan sifat fana segala sesuatu. Kesedihan akan berlalu. Kebahagiaan juga akan berlalu. Yang tersisa hanyalah bagaimana kita memilih untuk menjalani setiap momen.
"Segala sesuatu dalam hidup bersifat sementara, tetapi bagaimana kita menjalaninya adalah yang abadi."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H