Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lebih Dekat dengan Rekan Kerja daripada Keluarga: Normal atau Alarm Bahaya?

27 Desember 2024   23:32 Diperbarui: 27 Desember 2024   23:59 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Pixabay/stocksnap)

Dalam kehidupan modern, kantor bukan lagi sekadar tempat mencari nafkah. Di sinilah kita menghabiskan sebagian besar waktu, berbagi tugas, ide, bahkan keluh kesah dengan rekan kerja. Persahabatan yang terjalin, termasuk dengan lawan jenis, sering dianggap lumrah, bahkan wajar. 

Namun, apa jadinya jika waktu bersama mereka justru lebih dominan daripada dengan keluarga di rumah? Lebih jauh lagi, apakah "me time" bersama rekan kerja setelah jam kerja masih relevan?

Ketika Rekan Kerja Jadi Tempat Pelarian
Pekerjaan sering kali menjadi alasan utama mengapa waktu untuk keluarga menjadi terbatas. Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, rata-rata pekerja menghabiskan sekitar 40-50 jam per minggu di tempat kerja, belum termasuk perjalanan. Jika ditambah aktivitas makan siang atau sekadar nongkrong sepulang kerja, durasi waktu bersama rekan kerja bisa jauh melampaui waktu yang dihabiskan bersama keluarga.

Hal ini sering dianggap normal karena, katanya, "keluarga pasti mengerti." Namun, benarkah demikian? Dalam konteks tertentu, keakraban ini bisa menciptakan zona nyaman yang berbahaya, terutama jika hubungan dengan keluarga di rumah mulai terkikis.

Mengapa Harus Ada "Me Time" Bersama Rekan Kerja?
Muncul pertanyaan mendasar: mengapa kita merasa perlu memiliki "me time" dengan rekan kerja di luar jam kerja? Bukankah waktu 8-10 jam sehari sudah cukup untuk menciptakan kedekatan?

Jika dicermati, fenomena ini sering kali muncul dari pola pikir yang keliru. Misalnya:

"Rekan kerja lebih mengerti masalah saya."
Padahal, yang mengerti masalah Anda adalah gaji bulanan, bukan rekan kerja Anda.

"Bersenang-senang dengan mereka bisa melepas stres."
Apakah benar stres Anda hilang, atau hanya tertunda sementara?

Selain itu, ada faktor psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan dan kenyamanan. Dalam suasana kerja yang dinamis, rekan kerja sering kali menjadi tempat curhat instan. Tetapi, jika ini dilakukan secara terus-menerus, apakah kita tidak sedang mengambil porsi waktu yang sebenarnya milik keluarga?

Apakah Keluarga Jadi Beban?
Kritik paling tajam dalam fenomena ini adalah asumsi bawah sadar bahwa keluarga adalah "beban." Kalimat seperti, "Aku capek kerja, jadi butuh teman ngobrol dulu sebelum pulang," sering kali digunakan sebagai pembenaran.

Namun, apa yang sebenarnya terjadi adalah pengalihan tanggung jawab emosional. Keluarga, yang seharusnya menjadi tempat berlabuh, justru dianggap sumber tekanan. Padahal, hubungan keluarga membutuhkan investasi waktu dan energi yang sama, jika tidak lebih, dibanding hubungan dengan rekan kerja.

Mengapa Fenomena Ini Berbahaya?

1. Menipiskan Batas Emosional
Hubungan yang terlalu dekat dengan rekan kerja bisa membuat batas emosional memudar. Jika tidak hati-hati, ini dapat memicu ketidaksetiaan emosional atau bahkan fisik.

2. Mengurangi Kualitas Waktu dengan Keluarga
Waktu yang dihabiskan untuk rekan kerja otomatis mengurangi porsi bagi keluarga. Lama-kelamaan, hubungan keluarga bisa terasa hambar karena kurangnya interaksi bermakna.

3. Menciptakan Ketergantungan Emosional yang Tidak Sehat
Jika semua perhatian emosional tertuju pada rekan kerja, kita kehilangan keseimbangan dalam hubungan interpersonal.

Atur Prioritas dengan Bijak
Menjaga hubungan profesional dengan rekan kerja itu penting, tetapi keluarga harus tetap menjadi prioritas. Berikut beberapa tips yang dapat membantu:

Pisahkan antara kerja dan kehidupan pribadi. Jangan bawa dinamika kantor ke ruang keluarga.

Komunikasikan kebutuhan Anda kepada pasangan. Jika Anda merasa tertekan, bicarakan dengan pasangan sebelum mencurahkan segalanya ke rekan kerja. Namun, bukan juga berarti "senang" bersama rekan kerja, lalu keluarga kebagian jatah keluh kesahnya saja.

Batasi aktivitas di luar jam kerja. Sesekali nongkrong dengan rekan kerja boleh saja, tetapi jangan sampai menjadi rutinitas.

Pulanglah, Keluarga Menunggu
Pada akhirnya, hubungan yang paling penting adalah yang kita bangun di rumah. Rekan kerja bisa berganti, tetapi keluarga adalah fondasi yang harus kita rawat.

Seperti pepatah:
"Teman di kantor bisa membantu pekerjaan Anda, tetapi keluarga adalah alasan mengapa Anda bekerja."

Jadi, sebelum terlalu jauh melibatkan diri dalam hubungan di tempat kerja, ingatlah siapa yang menunggu Anda di rumah. Pulanglah. Mereka lebih membutuhkan Anda daripada siapa pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun