Namun, apa yang sebenarnya terjadi adalah pengalihan tanggung jawab emosional. Keluarga, yang seharusnya menjadi tempat berlabuh, justru dianggap sumber tekanan. Padahal, hubungan keluarga membutuhkan investasi waktu dan energi yang sama, jika tidak lebih, dibanding hubungan dengan rekan kerja.
Mengapa Fenomena Ini Berbahaya?
1. Menipiskan Batas Emosional
Hubungan yang terlalu dekat dengan rekan kerja bisa membuat batas emosional memudar. Jika tidak hati-hati, ini dapat memicu ketidaksetiaan emosional atau bahkan fisik.
2. Mengurangi Kualitas Waktu dengan Keluarga
Waktu yang dihabiskan untuk rekan kerja otomatis mengurangi porsi bagi keluarga. Lama-kelamaan, hubungan keluarga bisa terasa hambar karena kurangnya interaksi bermakna.
3. Menciptakan Ketergantungan Emosional yang Tidak Sehat
Jika semua perhatian emosional tertuju pada rekan kerja, kita kehilangan keseimbangan dalam hubungan interpersonal.
Atur Prioritas dengan Bijak
Menjaga hubungan profesional dengan rekan kerja itu penting, tetapi keluarga harus tetap menjadi prioritas. Berikut beberapa tips yang dapat membantu:
Pisahkan antara kerja dan kehidupan pribadi. Jangan bawa dinamika kantor ke ruang keluarga.
Komunikasikan kebutuhan Anda kepada pasangan. Jika Anda merasa tertekan, bicarakan dengan pasangan sebelum mencurahkan segalanya ke rekan kerja. Namun, bukan juga berarti "senang" bersama rekan kerja, lalu keluarga kebagian jatah keluh kesahnya saja.
Batasi aktivitas di luar jam kerja. Sesekali nongkrong dengan rekan kerja boleh saja, tetapi jangan sampai menjadi rutinitas.
Pulanglah, Keluarga Menunggu
Pada akhirnya, hubungan yang paling penting adalah yang kita bangun di rumah. Rekan kerja bisa berganti, tetapi keluarga adalah fondasi yang harus kita rawat.
Seperti pepatah:
"Teman di kantor bisa membantu pekerjaan Anda, tetapi keluarga adalah alasan mengapa Anda bekerja."