Kegalauan Penulis
Mari kita akui, dunia penulis sering kali tak lebih glamor dari kebanyakan pekerjaan.
Saya pernah bercanda kepada teman, "Kalau menulis bisa bikin kaya, kenapa penulis novel di Indonesia lebih sering bayar sewa dengan impian?"Â Tapi di balik satire itu ada kenyataan pahit yang harus diterima: menulis adalah pekerjaan jiwa, bukan dompet.
Lalu, mengapa saya tetap menulis? Sama seperti alasan Anda tetap menyanyi di kamar mandi meski tak ada yang memberi tepuk tangan. Ada kebahagiaan kecil yang tak tergantikan di sana.
Menulis Adalah Investasi Seumur Hidup
Saya percaya bahwa menulis adalah salah satu bentuk keabadian.
Sebuah tulisan yang jujur dan tulus tidak akan kehilangan nilainya, meskipun dunia terus bergerak maju.
Dalam sejarah, banyak penulis yang baru mendapatkan pengakuan setelah mereka tiada. Tapi apakah itu tujuan utama mereka? Saya rasa tidak.
Bagi saya, menulis adalah seperti berbicara kepada masa depan. Kata-kata saya mungkin tak akan dibaca hari ini, tapi siapa tahu ada yang menemukannya 50 tahun mendatang dan merasa terhubung?
Jadi, apa yang mendorong saya terus menulis meski tanpa validasi?
Mungkin jawabannya sesederhana ini: saya menulis karena itu membuat saya hidup. Tidak lebih, tidak kurang.