Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ibunya Lagi, Ibunya Terus: Beban Tak Terlihat di Balik Anak Bemasalah

13 Desember 2024   21:04 Diperbarui: 17 Desember 2024   16:39 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Shutterstock via Kompas.com

Di sekolah, ibu sering kali menjadi yang pertama dipanggil saat ada masalah, seakan-akan ayah hanya "pemain cadangan." Padahal, peran pengasuhan idealnya adalah tim yang saling melengkapi. Seperti kata pepatah, "It takes a village to raise a child," tapi dalam praktiknya, ibu sering harus menjadi the whole village.


Ketika Masalah Anak Mulai Tampak

Momen ini sering kali terjadi saat anak mulai menunjukkan "tingkah" di luar norma, seperti melawan guru, malas belajar, atau kecanduan game. Saat itulah, pandangan masyarakat langsung tertuju ke ibu.

Namun, apakah adil mengaitkan seluruh perilaku anak dengan peran ibu? Sebuah studi di Journal of Family Psychology menyatakan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan memiliki dampak signifikan pada kesehatan emosional anak. Jadi, jika anak bermasalah, bukankah pertanyaannya seharusnya, "Bagaimana peran kedua orang tua dalam hal ini?"


Mengapa Ibu Selalu Disalahkan?

Ada dua alasan utama. Pertama, pandangan tradisional yang menempatkan ibu sebagai penjaga moral keluarga. Kedua, ekspektasi yang tidak realistis terhadap ibu untuk selalu "sempurna." Ibu diharapkan menjadi multitasker ulung---mendidik anak, menjaga rumah, bahkan sering kali membantu ekonomi keluarga.

Namun, kenyataan hidup tidak pernah seideal itu. Seorang teman pernah bercerita dengan nada bercanda, "Aku ini bukan supermom, aku cuma 'ibu yang masih waras.' Tapi kalau begini terus, lama-lama bisa gila juga."


Membagi Beban dan Mengubah Perspektif
Lalu, bagaimana cara kita mengatasi stigma ini? Langkah pertama adalah mengubah cara pandang kita terhadap pengasuhan. Anak adalah tanggung jawab bersama. Ayah, ibu, guru, bahkan lingkungan sekitar memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak.

Langkah kedua, beri ruang kepada ibu untuk menjadi manusia biasa. Tidak ada ibu yang sempurna, dan tidak ada anak yang sempurna. Daripada menyalahkan, lebih baik kita mendukung mereka dalam menghadapi tantangan pengasuhan.

Langkah ketiga, libatkan ayah lebih aktif dalam peran pengasuhan. Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pendidik dan pembimbing. Dengan pembagian peran yang seimbang, tekanan pada ibu bisa berkurang, dan anak mendapat figur pengasuh yang lengkap.

Menghadapi Komentar dengan Senyuman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun