Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menimbang Dosa dalam Pernikahan

13 Desember 2024   07:06 Diperbarui: 13 Desember 2024   07:06 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: cfar2018.com) 

"Pernikahan adalah dua jiwa yang saling menyeimbangkan, bukan menuntut."

Kehilangan Rasa Percaya
Kepercayaan adalah fondasi setiap hubungan. Ketika ia retak, seluruh bangunan pun goyah. Mereka mulai mempertanyakan setiap langkah pasangannya. Sebuah pesan singkat saja bisa menjadi perang dunia ketiga. "Kok kamu chat sama dia?" "Kamu yang duluan bikin aku curiga!" Semua berujung pada kesimpulan yang sama: ketidakpercayaan.

Ironisnya, ketidakpercayaan itu bukan hanya kepada pasangan, tetapi juga pada diri sendiri. Mereka mulai bertanya, "Apa aku cukup baik?" atau bahkan, "Mengapa aku memilih dia?"

Sebab dan Akibat, atau Akibat yang Menyebabkan Sebab?
Ini seperti menjawab teka-teki ayam dan telur. Apa yang lebih dulu: kesalahan suami atau keluhan istri? Tidak ada jawaban pasti, karena semua itu saling berkaitan. Si istri marah karena suami tak peduli. Si suami tak peduli karena istri terus mengomel. Dan begitulah lingkaran setan berputar tanpa henti.

Namun, jika terus saling menyalahkan, bukankah itu seperti menambah bensin ke api? Dalam konflik rumah tangga, tak ada pemenang. Yang ada hanya hati yang lelah dan luka yang semakin dalam.

Mencari Jalan Keluar dari Labirin
Apakah mereka bisa keluar dari lingkaran ini? Tentu bisa, jika keduanya berhenti bermain peran sebagai korban. 

Mengutip kata-kata inspiratif Eleanor Roosevelt: "No one can make you feel inferior without your consent." Jangan biarkan luka memimpin rumah tangga Anda.

Langkah pertama adalah berhenti menghitung dosa pasangan. Fokuslah pada solusi, bukan kesalahan. Komunikasi adalah kunci. Tidak perlu menunggu momen sempurna---mulailah dengan percakapan sederhana. Terkadang, "Apa kabar?" yang tulus bisa menjadi pintu menuju rekonsiliasi.

Langkah kedua adalah mencari bantuan profesional jika diperlukan. Konselor pernikahan bukan tanda kegagalan, melainkan bukti bahwa Anda peduli pada hubungan Anda.

Humor untuk Menyembuhkan Luka
Tentu saja, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan serius. Kadang, humor menjadi jembatan yang menghubungkan hati yang retak. Bayangkan jika mereka berdebat seperti ini:

Istri: "Kamu tuh selalu lupa ulang tahunku!" Suami: "Tapi aku ingat ulang tahun Messi." Istri: "Ya ampun, Messi nggak bikin kopi buat kamu tiap pagi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun