Mohon tunggu...
Kartika Tjandradipura
Kartika Tjandradipura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Co-Founder Writing for Healing Community

Penulis dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan mental health awareness dan self compassion. Untuk mengenal tulisannya lebih jauh, bisa dilihat di akun Instagram : @kartika_olive

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Misophonia Suara Kesengsaraan

7 Desember 2024   11:44 Diperbarui: 10 Desember 2024   13:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang dengan Misophonia (SHUTTERSTOCK/NEW AFRICA via kompas.com) 

3. Fokus Intens: Ketika suara pemicu terdengar, penderita sulit untuk fokus pada hal lain.

Respons ini bisa berkembang menjadi kecemasan sosial, di mana penderita merasa takut berada di lingkungan tertentu karena khawatir suara pemicu akan muncul.

Bayangkan Anda berada di sebuah ruangan dengan lampu yang berkedip cepat tanpa henti. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya gangguan kecil. Namun, bagi Anda, itu terasa seperti serangan kilat yang menyilaukan, membuat Anda tak bisa berpikir jernih. 

Begitulah rasanya misophonia, sesuatu yang "tidak terlihat besar" oleh orang lain, tetapi memiliki dampak luar biasa bagi penderitanya.

Solusi untuk Mengelola Misophonia

Meski belum ada obat spesifik untuk misophonia, beberapa langkah bisa membantu:

Gunakan Alat Peredam Suara: Noise-cancelling headphones atau earplugs bisa menjadi teman terbaik penderita dalam menghadapi suara pemicu.

Terapi Perilaku Kognitif (CBT): CBT membantu penderita memahami dan mengelola respons emosional terhadap suara pemicu.

Latihan Relaksasi: Meditasi, yoga, atau teknik pernapasan bisa membantu mengurangi tingkat stres saat suara pemicu muncul.

Komunikasi dengan Orang Terdekat: Jelaskan kondisi ini kepada keluarga, teman, atau kolega agar mereka bisa memberikan dukungan dan pengertian.

Mengapa Penting untuk Menyadari dan Memahami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun