Ada beberapa faktor penyebab mengapa dysthymia sering terlewatkan:
1. Stigma Sosial: Masyarakat cenderung memandang depresi sebagai kelemahan, sehingga banyak penderita yang memilih untuk "menyembunyikan" gejalanya.
2. Budaya Tahan Banting: Dalam budaya kita, orang yang terus bekerja meski merasa tidak sehat justru dipuji sebagai tangguh. Ini menyebabkan banyak penderita dysthymia menormalisasi kondisi mereka.
3. Minimnya Edukasi tentang Mental Health: Banyak orang tidak tahu bahwa perasaan "kosong" dan "lelah emosional" yang kronis adalah tanda-tanda dysthymia.
Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasinya?
Dr. Andi Suryawan, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa langkah pertama adalah mengenali tanda-tandanya. "Jika Anda merasa tidak bersemangat selama lebih dari dua tahun, selalu pesimis, dan kesulitan menemukan kebahagiaan meskipun hidup Anda terlihat 'baik,' mungkin saatnya untuk mencari bantuan," katanya.
Ia juga menyarankan beberapa langkah praktis:
- Terapi Psikologis: Terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti efektif membantu penderita dysthymia mengenali pola pikir negatif dan menggantinya dengan cara pandang yang lebih sehat.
- Dukungan Sosial: Memiliki teman atau keluarga yang mendukung dapat membuat perbedaan besar. Jika sulit untuk berbicara dengan orang terdekat, mencari komunitas atau kelompok dukungan juga bisa membantu.
- Medikasi: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan antidepresan untuk membantu menstabilkan suasana hati.
- Meningkatkan Kesadaran Diri: Menulis jurnal, bermeditasi, atau mencari hobi yang menenangkan bisa membantu seseorang terhubung dengan emosinya.
Analogi Kehidupan Sehari-Hari
Pikirkan dysthymia seperti lampu kamar tidur yang redup. Tidak cukup terang untuk membuat ruangan terlihat jelas, tetapi juga tidak sepenuhnya gelap. Kondisi ini menghalangi penderitanya melihat kehidupan dengan jelas, membuat mereka terjebak dalam zona abu-abu.
Atau, analogi lain: seperti berjalan di treadmill yang tidak pernah berhenti. Anda tidak pernah benar-benar bisa beristirahat, tetapi juga tidak melaju cukup cepat untuk merasa seperti mencapai tujuan.
Mengubah Perspektif Masyarakat