Salah satu kunci mengatasi dysthymia adalah mengubah cara masyarakat memandang kondisi mental. Alih-alih menganggap orang dengan kondisi ini sebagai "lemah" atau "tidak produktif," kita perlu melihat mereka sebagai individu yang sedang berjuang keras dengan beban yang tidak terlihat.
Mari belajar dari Lina. Setelah bertahun-tahun merasa seperti "hidup seadanya," ia akhirnya menemui seorang psikolog yang membantunya memahami bahwa apa yang dialaminya bukanlah kelemahan, melainkan kondisi medis yang membutuhkan perhatian. Meski proses pemulihan memakan waktu, Lina kini merasa lebih mampu menerima dirinya sendiri dan menikmati momen kecil dalam hidup.
Harapan Itu Ada
Dysthymia mungkin membuat hidup terasa seperti perjalanan panjang yang suram, tetapi itu bukan akhir dari segalanya. Dengan dukungan yang tepat, seseorang dapat menemukan kebahagiaan di tengah kegelapan.
Seperti yang diungkapkan oleh Lina: "Aku tidak lagi mengejar kebahagiaan yang besar. Aku hanya ingin menikmati secangkir kopi hangat di pagi hari tanpa merasa bersalah karena belum mencapai apa-apa."
Karena pada akhirnya, hidup bukanlah tentang seberapa cepat Anda berlari, tetapi tentang bagaimana Anda menikmati setiap langkahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H