Namun, dalam setiap ancaman, selalu ada pelajaran. Deepfake memaksa kita untuk merenungkan apa arti kebenaran dalam dunia modern. Di tengah kebohongan yang dibuat dengan sempurna, kita dituntut untuk menjadi lebih kritis, lebih skeptis, dan lebih sadar akan pentingnya literasi digital.Â
Kita harus belajar untuk tidak menerima begitu saja apa yang kita lihat atau dengar, melainkan untuk selalu bertanya, memverifikasi, dan mencari kebenaran yang lebih dalam.
Lebih dari itu, fenomena ini juga mengajarkan kita pentingnya empati. Dalam dunia di mana kebenaran sering kali disalahartikan, kemampuan untuk mendengarkan dan memahami perspektif lain menjadi lebih penting dari sebelumnya.Â
Empati memungkinkan kita untuk melampaui permukaan, untuk melihat melampaui apa yang tampak nyata, dan untuk menemukan kebenaran di balik kebohongan.
Teknologi, seperti halnya deepfake, adalah cerminan dari manusia yang menciptakannya. Ia memiliki potensi untuk membangun atau menghancurkan, untuk menciptakan keindahan atau kekacauan.Â
Pilihan ada di tangan kita. Dalam dunia di mana kebenaran semakin sulit ditemukan, kita harus menjadi penjaga kebenaran itu sendiri. Kita harus melindungi kemanusiaan kita, bukan hanya dari ancaman teknologi tetapi juga dari diri kita sendiri.
Akhirnya, deepfake adalah pengingat bahwa kebenaran tidak hanya tentang apa yang terlihat atau terdengar, tetapi tentang nilai-nilai yang kita pegang sebagai manusia. Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh kebohongan, kebenaran menjadi lebih dari sekadar fakta, ia menjadi sebuah tindakan, sebuah perjuangan, dan sebuah komitmen.
"Di era di mana realitas dapat dimanipulasi, menjaga kebenaran adalah tindakan revolusioner."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H